Pandemi Corona, Ruwat Rawat Borobudur 2021 Dibuat Virtual

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Pandemi Corona, Ruwat Rawat Borobudur 2021 Dibuat Virtual

Eko Susanto - detikTravel
Selasa, 09 Feb 2021 16:48 WIB
Ruwat rawat Borobudur dilakukan secara virtual
Ruwat rawat Candi Borobudur dilakukan secara virtual. (Eko Susanto/detikTravel)
Magelang -

Pelaksanaan Ruwat Rawat Borobudur (RRB) ke-19 tahun 2021 berlangsung di tengah pandemi Covid-19. Untuk itu, pelaksanaan kegiatan dilangsungkan secara virtual.

Pegiat Ruwat Rawat Borobudur, Sucoro, prihatin dengan kondisi yang ada karena pandemi Covid-19. Tapi, bukan berarti semangat menjaga Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah surut.

"Sebenarnya ini bagi saya, nuwun sewu, sangat trenyuh banget. Kira-kira sangat benar-benar prihatin. 'Ini kok teman-teman ya masih tetap surprise, tetap punya spirit untuk melestarikan Borobudur'. Di saat pandemi ini, tetap punya naluri, punya tanggung jawab setahun sekali bikin ruwatan," kata Sucoro

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tahun ini, kita bisa melaksanakan agenda Ruwat Rawat Borobudur ke-19," Sucoro menambahkan.

Ruwat rawat Borobudur dilakukan secara virtualPegiat Ruwat Rawat Borobudur, Sucoro Foto: Eko Susanto/detikTravel

Dalam Ruwat Rawat Borobudur acara digeber dengan agenda festival kesenian rakyat, penyelenggaraan acara-acara tradisi, dan sarasehan kebudayaan. Pembukaan dilangsungkan hari ini, kemudian final festival kesenian rakyat direncanakan pada Juni 2021.

ADVERTISEMENT

Festival kesenian rakyat itu meliputi kawasan Borobudur, Magelang, Temanggung, Kendal dan sejumlah daerah lainnya.

Saat pembukaan dilangsungkan 'Rembuk Sedhulur: Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) Melalui Adaptasi Kebudayaan Borobudur (AKB)'. Adapun penyelenggaraan dilangsungkan secara virtual.

"Kami tahun ini tetap menyelenggarakan dengan sistem virtual. Nah tentunya harapan kami, ke depan agar yang namanya Ruwat Rawat Borobudur ini tetap berlanjut. Sehingga tetap bisa mendampingi Borobudur sebagai warisan budaya dunia ini masih tetap berlanjut," ujarnya.

"Ini virtual. Nanti sebagian nanti di-upload di akun Youtube" ujar dia.

Sementara itu, Kepala Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) DIY-Jateng dan Jatim, Dwi Ratna N., mengatakan pelestarian budaya dari perlindungan, pengembangan, pemanfaatan dan pembinaan memang sudah tepat menggandeng komunitas.

"Pelestarian budaya ini kan dari perlindungan, pengembangan, pemanfaatan, pembinaan, jadi ada banyak aspek kemudian yang dilakukan oleh komunitas disini itu yang benar-benar menjadi inti atau roh dari pelestarian sebenarnya," ujar dia.

Dwi mengatakan roh dari Borobudur bukan hanya bangunan fisiknya, namun juga keberadaan relief yang ada kaya sekali dengan banyak hal baik kesenian, alat musik, tumbuh-tumbuhan, sistem pengobatan dan sebagainya.

"Roh dari Borobudur ada banyak tidak melulu fisiknya, fisiknya dari sana, tapi kemudian diolah. Reliefnya itu menjadi kaya sekali dengan banyak hal, kesenian, alat musiknya ada berapa, kemudian tumbuh-tumbuhan, sistem pengobatan, belum yang lain bersifat alam. Saya pikir relief yang ada di Borobudur itu bisa terus dinarasikan, dikembangkan. Dinarasikan karena pengembangannya apa yang ada disana dan itu ada di masyarakat," kata dia.

Di tempat yang sama, Ketua Dewan Pimpinan Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI), Catrini Pratihari Kubontubuh, menambahkan saat ada komunitas yang membangun dan merawat kembali Candi Borobudur itu bisa membuka mata banyak pihak. Keberadaan komunitas yang ada bagian penting dari sebuah pelestarian sehingga pelestarian tidak hanya dimiliki pemerintah.

"Komunitas yang dulu pernah terpinggirkan atau terlupakan ketika ada upaya baik untuk membangun dan merawat kembali Borobudur. Perjalanan panjang ini yang lalu membuka mata banyak pihak bahwa kelompok komunitas adalah juga bagian penting dari sebuah upaya pelestarian," kata Catrini.

"Jadi, upaya pelestarian itu tidak hanya dimiliki oleh pemerintah tapi juga masyarakat pengampunya. Ini ditunjukkan dengan acara Ruwat Rawat Borobudur ini berusaha terus mengingatkan perlu ada dialog, kesempatan melibatkan masyarakat, ini bagian dari inti," ujarnya.

"Kalau kita bicara pelestarian pusaka atau heritage, bahwa tidak hanya fisik tapi juga non fisik juga menjadi suatu yang sama pentingnya. Kita bicara Borobudur bukan hanya monument, tapi makna atau nilainya, tidak hanya spiritual, Borobudur juga mengajarkan kita toleransi. Bagaimana umat beragama itu bisa bersama-sama," dia menambahkan.

"Terus, bagaimana keharmonisan dengan lingkungan. Candi Borobudur tidak hanya menyisakan candi, tapi juga ada danau purba, ada bagaimana para pendahulu kita menyiasati tentang bencana alam. Dengan adanya keberadaan danau-danau, kemudian bagaimana mengatur tata letak permukiman," katanya.




(fem/fem)

Hide Ads