Pelatih Tim Ski Wanita Iran, Samira Zargari gagal berangkat ke Kejuaraan Dunia Ski yang digelar di Italia. Samira dilarang pergi ke Italia oleh suaminya.
Media-media Iran melaporkan bahwa Samira Zargari, pelatih tim ski wanita Iran gagal berangkat ke Kejuaraan Dunia Ski yang digelar di Cortina, Italia bukan karena masalah teknis. Samira gagal berangkat dengan alasan dilarang pergi oleh sang suami.
Samira pun digantikan oleh atlet lainnya yang bernama Marjan Kalhor. Dengan demikian tim ski wanita Iran diwakili oleh Atefeh Ahmadi, Sadaf Savehshemshaki, Forough Abbasi dan Marjan Kalhor.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Federasi Ski Iran tidak memberikan keterangan lebih lanjut terkait kasus ini. Namun menurut aturan hukum yang berlaku di Iran, wanita yang sudah memiliki suami tidak bisa memiliki paspor atau berpergian ke luar negeri bila tidak disertai dengan izin suami. Jika suami tidak mengizinkan sang istri pergi, maka pihak lainnya tidak bisa berbuat apa-apa.
Samira seharusnya berlaga di Alpine World Ski Championship di nomor Slalom bersama rekan setimnya. Kejuaraan itu sendiri akan digelar di Resort Veneto yang berada di Cortina d'Ampezzo, Italia hingga akhir bulan Februari ini.
Walikota Cortina, Gianpetro Ghedina mengaku tidak akan ikut campur terhadap aturan yang berlaku di negara lain. Namun dia memastikan bahwa kota Cortina sangat terbuka untuk orang dari berbagai penjuru dunia.
"Saya tidak akan mengulas adat atau aturan yang berlaku di negara lain. Tapi kami adalah tuan rumah event olahraga, yang mana, di atas apapun, akan mempersilakan semua orang dari berbagai penjuru dunia untuk datang. Olahraga seharusnya mempersatukan, tidak memisahkan," kata Ghedina, seperti dikutip dari Guardian, Rabu (24/2/2021).
Samira bukanlah atlet wanita Iran pertama yang dilarang ikut kompetisi di luar negeri oleh suaminya sendiri. Kejadian yang sama pernah terjadi di 2015 silam.
Saat itu, atlet futsal Niloufar Ardalan tidak diizinkan pergi ke Malaysia untuk mengikuti kompetisi Piala Futsal Wanita Asia oleh suaminya, Mehdi Tutunchi yang berprofesi sebagai presenter acara olahraga TV.
Saat itu, Mehdi bahkan sempat menyita paspor Niloufar. Mehdi beralasan kompetisi itu bertepatan dengan hari pertama masuk sekolah anak mereka. Beberapa bulan kemudian, pengadilan menganulir larangan itu dan Nilaoufar berhak pergi ke luar negeri untuk mengikuti kompetisi futsal lagi.
Meski bukan yang pertama, tapi Samira berharap dia adalah atlet wanita Iran terakhir yang dilarang pergi ke luar negeri untuk ikut kompetisi oleh suaminya sendiri. Lewat akun Instagramnya, Samira pun mengadvokasi sebuah petisi online agar kasus ini berhenti di dirinya saja dan tidak terjadi lagi di masa depan.
(wsw/wsw)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum