Pandemi COVID-19 rupanya membuat angka kelahiran bayi di Jepang makin rendah. Banyak orang yang menunda punya anak selama pandemi ini masih berlangsung.
Berbeda dengan Indonesia, Jepang merupakan negara yang penduduknya didominasi usia tua. Di sana, orang-orang memiliki angka harapan hidup tinggi sehingga tak jarang bila kamu menemukan orang yang usianya mencapai lebih dari 80 tahun.
Akan tetapi, Jepang juga memiliki angka kelahiran yang rendah. Saking rendahnya, pemerintah sampai menargetkan setiap tahun harus ada kenaikan jumlah bayi yang lahir lewat berbagai program.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sayangnya, pada masa pandemi COVID-19 ini, kondisi tersebut ternyata makin parah. Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan, jumlah kelahiran bayi pada 2020 mencapai 827.683.
Jumlah ini masih belum mencapai target yang ditetapkan pemerintah Jepang yakni antara 830.000 sampai dengan 840.000. Selain tak mencapai target, jumlah kelahiran ini ternyata juga lebih rendah dibandingkan pada 2019 yang mencapai 856.239 bayi.
Baca juga: Ada Keajaiban di Kuil Nagano Jepang Ini |
Jumlah kelahiran pada 2020 itu pun disebut sebagai rekor terendah bagi Jepang. Beberapa faktor disebut menjadi penghambat masyarakat Jepang memiliki anak. Salah satunya terkait dengan pandemi.
Orang Jepang cenderung enggan untuk memiliki anak di masa yang rawan seperti saat ini. Sehingga diprediksi, jumlah kelahiran bayi bakal tetap rendah bahkan bisa mencapai di bawah 800.000 sampai akhir 2021.
Di sisi lain, angka kematian di Jepang juga turun. Pada tahun 2020, jumlahnya mencapai 1.384.544 atau 9.7373 lebih sedikit dibandingkan pada 2019.
Namun, angka kematian ini diperkirakan bakal melonjak dalam beberapa dekade ke depan karena banyaknya lansia di Jepang. Melihat hal ini, masyarakat Jepang memiliki beragam komentar.
Dikutip dari Sora News 24, inilah sejumlah komentar netizen Jepang:
"Ini bagus. Jika ada lebih sedikit orang, kebutuhan akan makanan lebih sedikit, dan akan lebih sedikit kerusakan lingkungan."
"Kita harus mempersiapkan diri untuk populasi berjumlah 50 juta orang sekarang."
"Tentu saja, dengan adanya virus (COVID-19), orang-orang tidak bisa menikah dengan baik."
"Siapa yang memikirkan untuk punya bayi di saat seperti ini?"
(pin/fem)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol