Menengok Pasar Antik Cikapundung yang Bertahan di Saat Pandemi

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Menengok Pasar Antik Cikapundung yang Bertahan di Saat Pandemi

Siti Fatimah - detikTravel
Senin, 01 Mar 2021 12:43 WIB
Pasar Antik Cikapundung telah 10 tahun berdiri menjajakan barang-barang antik. Di tengah pandemi ini, para pedagang masih berusaha bertahan meski penjualan anjlok.
Foto: SIti Fatimah/detikcom
Bandung -

Pasar Antik Cikapundung sudah berjalan lebih dari 10 tahun yang lalu. Di sana menjadi pusat magnet para wisatawan peminat barang antik seperti pernak pernik, teko zaman dulu, kamera analog, perangko, piring keramik, hiasan dinding, kaset vinyl dan kaset tape, alat musik, hingga televisi dan radio.

Di masa pandemi, salah satu wisata barang antik terbesar di Kota Bandung ini mencoba bertahan selama masa pandemi COVID-19. Seperti yang terjadi pada Rahmat, salah satu pemilik toko Warung Jadoel yang mulai melirik usaha sejak 2019 lalu.

Saat baru menapaki usaha barang antik di 2019, ia sudah dihadapi dengan pandemi COVID-19 di 2020 yang membatasi kunjungan wisatawan dan jam operasional. Namun, Rahmat tetap mencari jalan lain untuk tetap melanjutkan usaha di bidang yang keluarganya tekuni itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Penjualan pandemi awal bener-bener anjlok, apalagi pas lockdown. Pada waktu itu juga walaupun enggak banyak tetap jualan online. Kalau sekarang udah mulai ramai lagi, walaupun enggak seramai biasanya. Dari yang beli sama yang sekadar jalan-jalan atau foto-foto," ujar Rahmat saat ditemui detikcom, Senin (1/3/2021).

Pasar Antik Cikapundung telah 10 tahun berdiri menjajakan barang-barang antik. Di tengah pandemi ini, para pedagang masih berusaha bertahan meski penjualan anjlok.Pasar Antik Cikapundung. Foto: SIti Fatimah/detikcom

Bukan hanya omset penjualan saja yang menurun, tetapi tingkat kunjungan wisatawan pun turun sekitar 30 persen. Apalagi, minat kunjungan ke Pasar Antik Cikapundung didominasi oleh wisatawan mancanegara sementara regulasi membatasi tersebut.

ADVERTISEMENT

"Ada (penurunan), kalau dari biasanya sekarang udah mulai baik. Kalau sekarang yang datang turun sekitar 30 persen dari sebelum pandemi. Kalau weekend biasanya (pengunjung) dari Jakarta, hari-hari biasa orang Bandung, Jawa, Surabaya, atau Luar Negeri," ujarnya.

"Biasanya orang luar itu suka langsung lihat di tempat. Karena lebih mudah memilih dan tawar-tawar harga. Terus jenis barang yang dijual online dan di toko juga tidak semua bisa misal barang mudah pecah," sambungnya.

Pasar Antik Cikapundung telah 10 tahun berdiri menjajakan barang-barang antik. Di tengah pandemi ini, para pedagang masih berusaha bertahan meski penjualan anjlok.Pasar Antik Cikapundung. Foto: SIti Fatimah/detikcom

Penjualan lewat market place pun mulai dijelajahi. Rahmat menuturkan, tak sedikit pedagang yang jual secara daring. Bahkan penjualan daring bisa sampai ke pasar luar negeri.

Hal itu dilakukan agar perekonomian mereka dapat bertahan di tengah pandemi. "Beberapa pedagang memang ada yang tutup toko, tapi mereka tetap jualan online. Mungkin ditutup karena sebagian masih kontrak tokonya," ujarnya.

Saat ini, Rahmat menjual berbagai jenis barang antik seperti keramik pajangan, brangkas jadul, beberapa kamera analog, serta aksesoris lainnya. Di masa pandemi, Pasar Antik Cikapundung buka setiap hari pukul 11.00 WIB sampai 19.00 WIB.




(pin/pin)

Hide Ads