Menengok Lab Terbang Terbesar dari Eropa yang Misinya Selamatkan Warga Dunia

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Menengok Lab Terbang Terbesar dari Eropa yang Misinya Selamatkan Warga Dunia

Ahmad Masaul Khoiri - detikTravel
Rabu, 24 Mar 2021 08:45 WIB
Pesawat BAe 146 Airborne Laboratory FAAM
Pesawat BAe 146 Airborne Laboratory (Foto: FAAM/CNN)
Jakarta -

Inilah laboratorium terbang yang paling besar dari Eropa. Pesawat ini sedang dalam misi penting bagi warga dunia, apa itu?

Diberitakan CNN, Rabu (24/3/2021), lab terbang ini sedang meneliti untuk menangani tantangan lingkungan terberat. Dari luar, mungkin traveler hanya akan melihat pesawat penumpang kecil biasa.

Barisan peralatan ilmiah telah menggantikan sebagian besar kursi. Di tempat penyimpanan kabin atas ada pipa dan kabel, dan alih-alih turis, penumpangnya adalah para peneliti.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Airborne Laboratory dioperasikan oleh Facility for Airborne Atmospheric Measurements (FAAM) Inggris dan biasa berputar di langit seluruh dunia. Penelitiannya membantu memahami tantangan seperti polusi udara, perubahan iklim, dan cuaca ekstrem.

"Mengukur efek fisik dan kimia di atmosfer, menginformasikan model iklim dan pemahaman kita tentang bagaimana iklim akan berubah dari waktu ke waktu," Alan Woolley, kepala FAAM.

ADVERTISEMENT

"Kami mencoba untuk memahami bagaimana lingkungan bekerja melalui atmosfer sehingga kami dapat bertanggung jawab atas keputusan yang kami ambil," imbuh dia.

FAAM merupakan bagian dari National Center for Atmospheric Science. Mereka mulai menggunakan laboratorium pesawat pada tahun 2005 dan sejak itu telah melakukan lebih dari 15.000 penerbangan, menempuh jarak 3,2 juta kilometer.

November lalu, Airborne Laboratory diberikan sumbangan sebesar 61 juta pound sterling oleh pemerintah Inggris. Dengan dana sebesar itu, mereka dapat melanjutkan penelitiannya selama 10 tahun lagi.

Pesawat BAe 146 Airborne Laboratory FAAMPesawat BAe 146 Airborne Laboratory (Foto: FAAM/CNN)

Membuat laboratorium di angkasa

Pesawat Airborne Laboratory tidak langsung digunakan sebagai lab. Dulu, armada ini adalah pesawat penumpang komersial BAe 146, model yang banyak digunakan oleh maskapai termasuk easyJet.

Jenis pesawat itu masih digunakan hingga hari ini oleh operator regional. Sistem BAe dimodifikasi untuk memenuhi kebutuhan FAAM.

Selama penerbangan penelitian, pesawat dapat membawa hingga 18 ilmuwan. Airborne Laboratory dapat mencapai ketinggian hingga 35.000 kaki dan terbang serendah 15 meter di atas lautan untuk lebih memahami interaksi kompleks antara atmosfer dan laut.

Karena butuh keahlian khusus untuk pekerjaan itu, pesawat ini sering diterbangkan oleh mantan pilot Royal Air Force.

Pesawat BAe 146 Airborne Laboratory FAAMPesawat BAe 146 Airborne Laboratory (Foto: FAAM/CNN)

Untuk mengurangi risiko saat terbang rendah, pesawat memiliki struktur high-wing yang menambah stabilitas. Pesawat ini memiliki tangki bahan bakar untuk penerbangan jarak jauh dan kemampuan lepas landas juga mendarat di runway pendek di bandara terpencil.

Airborne Laboratory juga telah dilengkapi dengan sekitar empat ton peralatan demi mendukung penelitian yang mutakhir.

Partikel awan, asap, kabut, debu vulkanik, dan polutan ditangkap dengan probe pengambilan sampel yang menggantung di sayap. Hasil tangkapan ini kemudian dibawa ke dalam pesawat untuk dianalisis.

Partikel yang sulit diukur, seperti debu gurun atau aerosol garam laut, dianalisis dengan instrumen di luar pesawat saat sedang terbang.

Selanjutnya, Airborne Laboratory untuk hal-hal penting >>>

Penelitian penting

Pada tahun 2010, letusan gunung berapi besar di EyjafjallajΓΆkull, Islandia, menutup wilayah udara di seluruh Eropa, merugikan industri penerbangan lebih dari $ 1 miliar.

Airborne Laboratory dikerahkan untuk mensurvei atmosfer untuk mencari tanda-tanda abu dari gunung ini.

Dua tahun kemudian, pesawat tersebut membantu perusahaan energi Total dalam menanggapi kebocoran platform gas Elgin, 150 mil di lepas pantai Skotlandia. Mereka mengukur tingkat metana di udara.

Airborne Laboratory juga bisa menyelamatkan nyawa. Pada tahun 2016, FAAM melakukan misi untuk mempelajari monsun India, untuk lebih memahami bagaimana awan berevolusi dari waktu ke waktu dan memprediksi pola curah hujan. Upaya itu dapat membantu memastikan keamanan pangan.

Sekarang, tim tersebut sedang mengerjakan proyek yang memantau jalur pelayaran di Atlantik Utara. Mereka mengukur dampak peraturan baru yang membatasi emisi sulfur kapal di perairan internasional.

Data tersebut akan membantu menganalisis dampak pelayaran terhadap kesehatan dan iklim. Pandemi berarti beberapa proyek harus ditunda, tetapi tim berharap dapat melanjutkan pekerjaannya di akhir tahun ini.


Hide Ads