Marwa Elselehdar menjadi sosok paling diburu oleh netizen saat Terusan Suez macet. Siapa dia dan apa perannya?
Kapal kontainer raksasa Ever Given kandas di Terusan Suez pada 23 Maret 2021. Akibatnya, salah satu rute pelayaran tersibuk di dunia itu terhenti.
Kapal sepanjang 400 meter dan berat 200.000 ton tersebut tersangkut dalam posisi diagonal di Terusan Suez setelah kandas. Saat itu, angin kencang dan badai pasir sehingga berdampak pada jarak penglihatan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kandasnya kapal kontainer itu membuat kerugian amat besar. Diperkirakan setidaknya ada barang senilai USD 400 juta atau setara Rp 5,7 triliun (kurs Rp 14.409) per jam yang harus dikirim melalui jalur tersebut.
Insiden itu membuat telepon genggam Marwa sibuk. Dia kebanjiran pesan yang menuding dialah yang harus disalahkan karena kapal itu kandas.
"Saya terkejut," kata Marwa Elselehdar, seperti dikutip BBC.
Sebab, ketika Terusan Suez macet, Marwa, yang merupakan kapten kapal perempuan pertama Mesir, sedang bekerja di kapal Aida IV, ratusan mil jauhnya di Alexandria.
Marwa bersama kapal milik otoritas keamanan kelautan Mesir itu sedang menjalankan misi memberikan pasokan ke sebuah mercusuar di Laut Merah.
Kapal itu juga digunakan untuk melatih para taruna dari Akademi Sains, Teknologi, dan Transportasi Maritim (AASTMT) Arab, universitas regional yang dikelola Liga Arab.
Rupanya, nama Marwa dikaitkan dengan Ever Given karena munculnya berita palsu. Berita itu seolah-olah diterbitkan oleh Arab News pada 22 Maret. Dalam artikel itu tertulis dia terlibat dalam insiden Suez, lengkap dengan foto dirinya.
Dalam foto di media itu ditampilkan kesuksesan Marwa sebagai kapten kapal perempuan pertama Mesir. Foto tersebut telah dibagikan puluhan kali di Twitter dan Facebook.
Beberapa akun Twitter yang mengatasnamakan dirinya juga turut menyebarkan klaim palsu bahwa dia terlibat insiden Ever Given.
Marwa perempuan 29 tahun itu tidak tahu siapa yang pertama kali menyebarkan kisah tersebut atau alasan mereka melakukannya.
"Saya merasa bahwa saya mungkin menjadi sasaran, barangkali lantaran saya perempuan sukses di bidang ini atau karena saya orang Mesir, tetapi saya tidak yakin," ujarnya.
Ini bukan pertama kalinya dia menghadapi tantangan dalam industri yang secara historis didominasi kaum lelaki. Saat ini, perempuan hanya mencapai 2% di dunia kelautan, menurut Organisasi Maritim Internasional.
Marwa mengatakan dia selalu menyukai laut, dan terinspirasi untuk bergabung dengan armada niaga setelah kakaknya mendaftar di AASTMT.
Walaupun akademi hanya menerima laki-laki pada saat itu, dia tetap melamar dan diizinkan untuk bergabung setelah ada upaya peninjauan hukum oleh Presiden Mesir saat itu, Hosni Mubarak.
Selama studi, Marwa mengatakan dia sangat sering menghadapi seksisme.
"Di atas kapal, mereka semua para pria lebih tua dengan mentalitas yang berbeda, jadi sulit menemukan orang-orang yang berpikiran sama untuk diajak berkomunikasi," katanya.
"Sangat menantang untuk melalui semuanya sendirian dan dapat mengatasinya tanpa mempengaruhi kesehatan mental saya."
"Masyarakat kita masih tidak bisa menerima gagasan bahwa perempuan dapat bekerja di laut, jauh dari keluarganya, untuk waktu lama," dia menambahkan.
"Tetapi ketika Anda melakukan apa yang Anda sukai, Anda tidak perlu meminta persetujuan semua orang."
(fem/fem)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol