Hakikat ujub adalah rasa sombong yang muncul dalam batin karena merasa memiliki kesempurnaan ilmu, keahlian dan kelebihan lain.
Saat Hari Kemenangan telah tiba, tentu setelah kita melewati bulan suci. Hati seorang muslim senantiasa menjadi bersih. Ujub merupakan salah satu sifat berbahaya dan merupakan perusak ibadah. Sifat ini menganggap diri hebat lantaran pencapaian materi, kedudukan dan lain lain. Bila seseorang menganggap diri lebih baik dari orang lain, ini sudah menunjukkan sifat ujub.
Hakikat ujub adalah rasa sombong yang muncul dalam batin karena merasa memiliki kesempurnaan ilmu, keahlian dan kelebihan lain.
Adapun kelebihan lain seperti mempunyai keluarga yang harmonis dengan anak-anak yang pintar dan Istri yang solehah serta memiliki harta dan jabatan. Ada 6 bahaya dari sifat ujub:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Jika seseorang merasa bangga atas pencapaiannya khusus di bidang keilmuan, maka ia akan ketinggalan dalam kemajuan ilmu pengetahuan. Sifat tersebut menyebabkan ia dalam keadaan kebodohan majemuk.
2. Menjauhkan seseorang dari kebenaran. Apa yang telah dicapai bukan karena dirinya, namun karena karunia Allah Swt. Ia menganggap bahwa dirinyalah yang menjadikan sukses.
3. Menjadi orang yang tidak berkembang, karena sudah puas dengan dirinya. Sifat ini akan mencegah kemajuan ilmu dan merusak kecerdasan seseorang.
4. Ujub akan membawa seseorang pada kegagalan.
5. Terhapus pahalanya: Sebagaimana dijelaskan dalam H.R Thabrani yaitu terdapat tiga hal yang membinasakan di antaranya kekikiran yang diperturutkan, hawa nafsu yang diikuti dan kekaguman pada dirinya sendiri.
6. Menjerumuskan pada sikap takabur: Ketika seseorang memiliki sifat ujub, maka akan secara tidak sadar dirinya memiliki sifat takabur maupun sombong. Sifat inilah yang membuat seseorang tidak akan masuk surga.
Munculnya sifat ujub merupakan bentuk kesombongan yang dinyatakan dalam hati. Di dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali objek yang menjadikan sifat ujub ini timbul. Seorang merayakan pesta kemenangan sehabis pilkada, perasaan bangga karena merasa strateginya jitu untuk memenangkannya. Bangga terhadap kelulusan anaknya dengan predikat terbaik, bangga pada dirinya saat bisa menyeleseikan problem yang dihadapi di perusahaannya. Mereka lupa bahwa kemenangan dan kebanggaan itu datangnya dari karunia Allah Swt. Sepatutnya bersyukur pada Sang Pencipta, sikap bersyukur harus tetap terjaga.
Bagaimana mengobati sifat ujub ini :
1. Ujub lantaran kekuatan maupun kekuasaannya. Seseorang memiliki kekuasaan kadangkala lupa, sehingga dengan kekuasaannya akan melakukan sesuatu sesuai nafsunya. Tidak menyadari bahwa kekuasaan manusia itu adalah kecil sekali dan itu atas pemberian karunia-Nya sebagai amanah. Maka kembalikan kekuatan maupun kekuasaan yang dimiliki pada Sang Pemberi.
2. Sifat ini muncul lantaran kecerdasan dan luasnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki. Ingatlah membanggakan diri dengan keilmuan yang mumpuni bisa lenyap seketika jika Allah Swt memberikan sakit kecil yang menjadilan lupa jalannya menuju rumah. Apakah masih ada yang dibanggakan ketika engkau lupa jalan menuju rumah? Tentu tidak ada sama sekali, justru engkau menjadi beban orang lain. Oleh karenya seseorang harus selalu dalam segala keadaan ingat pada Allah Swt agar selamat dari kejahatan hawa nafsu.
3. Jika ujub disebabkan karena ras dan nasab ( keturunan ). Tahukah bahwa kebesaran nenek moyangnya itu terikat karena perbuatan baiknya. Kebesaran mereka tidak akan terulang kembali, jika anak turunnya tdk melakukan perbuatan-perbuatan 'besar' yang menjadikan harum namanya. Jika seseorang berkata bahwa, " Bapaku orang besar, maka urusan ini akan saya selesaikan." Apakah manfaat kebesaran seorang Bapak jika tidak diikuti perbuatan besar anaknya?, yang muncul adalah intimidasi atas kebesaran Bapaknya. Akan lebih baik jika dia mengatakan, " Aku adalah anak diriku dan nama keluargaku adalah kesopananku."
4. Jika seseorang bersifat ujub lantaran melimpahnya harta dan anak-anaknya. Seseorang tersebut harus mengetahui bahwa semua itu adalah anugerah yang diberikan oleh Allah Swt dan telah diamanatkan kepadanya beberapa saat sebagai ujian. Firman Allah Swt, "Hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan....." ( QS. al-Anfal [ 8 ] : 28 ). Ingatlah bahwa kekayaan dan anak-anak bukanlah penyebab keselamatan akhir, seperti yang difirmankan, " Di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih." ( QS. asy Syu'ara [ 26 ] : 88-89 ). Maka jadikanlah harta yang melimpah di jalan Allah Swt seperti dicontohkan para sahabat Ustman bin Affan dan Abdurachman bin Auff serta didiklah anak laki-laki menjadi anak sholeh.
Sekarang bagaimana kita terhindar dari penyakit yang sedemikian gawat ini ?
Yaitu, mengkerdilkan diri hingga kita sama sekali menjadi tidak berarti di hadapan perintah-perintah Allah Swt. Kita harus berpikir tentang anugerah-Nya dengan penuh hormat. Senantiasa mensyukuri atas nikmat-nikmat-Nya. Tidak boleh membayangkan diri kita layak mendapatkan segala kebaikan yang kita miliki. Memandang diri kita kecil dibhadapan orang lain dan melihat orang lain lebih baik dari kita.
Semoga kita selalu dalam lindungan Allah Swt, agar penyakit ujub ini tidak singgah di dalam hati. Seorang penyair mengatakan, " Pelajarilah kerendahan bila engkau sedang mencari rahmat, sebab tanah yang tinggi tidak pernah mendapatkan air."
Aunur Rofiq
Sekretaris Majelis Pakar DPP PPP 2020-2025
Ketua Dewan Pembina HIPSI ( Himpunan Pengusaha Santri Indonesia )
*Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggungjawab penulis. --Terimakasih (Redaksi)
(erd/erd)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum