Efek Waduk Kedungombo, Kapal Wisata Rowo Jombor Klaten Dicek

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Efek Waduk Kedungombo, Kapal Wisata Rowo Jombor Klaten Dicek

Achmad Syauqi - detikTravel
Minggu, 16 Mei 2021 14:07 WIB
Kapal di Rowo Jombor Klaten
Kapal wisata di Rowo Jombor Klaten (Foto: Achmad Syauqi/detikcom)
Klaten -

Puluhan pemilik usaha kapal wisata tradisional di Rowo Jombor, Desa Krakitan, Kecamatan Bayat, Klaten dikumpulkan pemerintah kabupaten dan polisi. Mereka diberikan arahan untuk mengantisipasi kecelakaan seperti di Waduk Kedungombo.

"Ini kita kumpulkan untuk menyikapi kejadian di Boyolali kapal tenggelam. Sebab di rawa ini juga ada sekitar 40 perahu untuk kegiatan wisata," jelas Plt Camat Bayat, Supardiyono pada detikTravel di lokasi rawa usai pertemuan, Minggu (16/5/2021) siang.

Supardiyono mengatakan perahu di rawa memang belum sesuai dengan spesifikasi dari Kemenhub. Untuk itu imbauan semakin ditekankan untuk menjaga keselamatan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kapal di rawa belum sesuai spek sehingga kita harus antisipasi kejadian di Boyolali jangan terjadi. Untuk itu kita perketat dengan memberi arahan agar keselamatan diutamakan, apalagi ini masih pandemi," lanjut Supardiyono.

Di Rowo Jombor, kata Supardiyono, sarana keselamatan sudah ada tetapi belum maksimal. Untuk itu disarankan segera disediakan, misalnya pelampung.

ADVERTISEMENT

"Pelampung sudah ada tapi jumlahnya tidak sesuai dengan jumlah penumpang. Tapi kami maklum sebab biaya mahal, tapi dalam waktu dekat ini kami minta disediakan pelampung dari ban,"sambung Supardiyono.

Ketua paguyuban kapal wisata tradisional Rowo Jombor, Sutomo mengatakan anggota paguyuban sepakat tidak mengangkut penumpang melebihi kapasitas.

"Kita utamakan keselamatan. Maksimal kan 40 orang, nanti kita tidak sampai 40 orang jumlah yang diangkut," kata Sutomo.

Menurut Sutomo, kapal di Rowo Jombor berbeda bentuk dengan yang ada di Waduk Kedung Ombo, Boyolali. Dari bentuknya memang dirancang untuk penumpang sehingga bahan juga beda.

"Bahan juga beda. Di Rowo Jombor bahan kapal itu semua bahan terapung, tidak akan tenggelam," ungkap Sutomo.

Kapal di Rowo Jombor KlatenPertemuan pemilik kapal Rowo Jombor Klaten (Foto: Achmad Syauqi/detikcom)

Dampak kejadian di Boyolali, imbuh Sutomo, tidak ada lagi kecelakaan pengunjung kapal di Rowo Jombor. Jika ada, penumpang masih takut dan diminta memakai pelampung.

"Kalau takut, diminta menggunakan pelampung juga mau. Dampaknya tidak ada dengan kejadian di Boyolali," pungkas Sutomo.

Kapolsek Bayat, AKP Tri Harni Sugondo mengatakan sejak ada kapal wisata, patroli di Rowo Jombor sudah ketat. Hampir setiap hari dipatroli dan pengawasan keselamatan dilakukan.

"Sejak dulu kita patroli, kita imbau pengelola untuk mengutamakan keselamatan. Hari ini kita kumpulkan untuk ditekankan lagi," jelas Tri Harni pada detikcom.

Terpisah, Asisten Tata Pemerintahan dan Kesra Pemkab Klaten, Roni Roekmito menjelaskan bahwa pemkab memang melihat sarana dan prasarana keselamatan sudah ada. Tapi pengelola diminta tidak terpaku akan hal itu.

"Tadi kita ketemu dan saya sampaikan, sarana keselamatan sudah ada. Tapi jangan mengandalkan itu, kesadaran masyarakat dan kedisiplinanlah yang harus dijaga dan terus ingatkan ke masyarakat baik kapasitas penumpang atau protokol kesehatan," kata Roni.

Pantauan saat rapat di Rowo Jombor, selain dihadiri asisten Pemkab Klaten, pertemuan ini juga diikuti oleh muspika, dinas perhubungan, dan polsek. Ada sekitar 30 orang pemilik kapal dari total sekitar 40 kapal yang ada.




(msl/msl)

Hide Ads