Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Bantul menyebut banyak wisatawan luar DIY yang lolos dan berwisata di Bantul. Pemkab Bantul mengakui itu tidak bisa dihindari.
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bantul mengakui masih ada wisatawan yang bisa menerobos, namun hingga kini belum ada laporan lonjakan kasus COVID-19 dari tempat wisata.
Ketua Komisi D DPRD Bantul yang membidangi masalah kesehatan, Enggar Suryo Jatmiko mengatakan, pada hari Minggu (16/5/2021) jumlah wisatawan di Pantai Parangtritis mencapai lebih dari 20 ribu pengunjung. Menurutnya, banyaknya wisatawan berpotensi munculnya penularan COVID-19.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terlebih, kata pria yang kerap disapa Miko ini, banyak wisatawan luar DIY yang lolos dan berwisata dengan riang gembira di bumi Projotamansari. Dia menyebut wisatawan tersebut paling banyak dari Jawa Tengah.
"Kalau mau jujur pasti banyak wisatawan dari Solo Raya, wilayah Karesidenan Kedu bahkan pemudik dari Kota-kota besar di Indonesia yang lolos penyekatan dan ke Pantai Parangtritis," katanya saat dihubungi wartawan, Senin (17/5/2021).
Oleh sebab itu, dia khawatir adanya klaster baru COVID-19 di objek wisata. Mengingat masih banyak wisatawan yang abai akan penerapan protokol kesehatan khususnya dalam mengenakan masker.
"Apalagi dampak adanya penularan kan baru akan dirasakan pada 7-14 hari kedepan pasca libur lebaran. Tapi saya berharap itu tidak akan terjadi," ujarnya.
Dihubungi terpisah, Ketua Komisi B DPRD Bantul Wildan Nafis mengatakan pihaknya akan melakukan evaluasi terkait dengan aturan-aturan dalam menerima wisatawan saat pandemi COVID-19. Semua itu agar tidak ada kejadian wisatawan luar daerah algomerasi masuk objek wisata di Bantul.
"Jadi bukan hanya mengejar PAD (pendapatan asli daerah) saja, tapi juga harus mempertimbangkan kesehatan masyarakat. Karena biaya untuk kesehatan masyarakat apabila terjadi lonjakan COVID-19 kan sangat mahal," ujarnya.
Sementara itu, Bupati Kabupaten Bantul Abdul Halim Muslih mengakui bahwa masih ada wisatawan luar DIY yang menerobos masuk ke Bantul. Wisatawan tersebut memanfaatkan jalur tikus yang ada di Kabupaten Bantul.
"Jadi memang penyekatan sudah kita lakukan di Sedayu, Srandakan dan Piyungan. Dan para petugas sudah melakukan yang terbaik, namun masih ada yang menerobos utamanya lewat jalan tikus, itu tidak bisa kita hindari," katanya saat ditemui di Kapanewon Bantul, Kabupaten Bantul, Senin (17/5/2021).
Halim juga menyebut banyaknya wisatawan yang nekat masuk ke Bantul karena tempat-tempat Wisata di Bantul tetap buka selama libur lebaran. Meski ada wisatawan luar DIY yang berwisata di Bantul, dia mengaku hingga saat ini belum ada laporan terkait lonjakan kasus COVID-19.
"Meski objek wisata tetap kita buka, alhamdulillah sampai saat ini belum ada laporan tentang lonjakan paparan COVID-19 utamanya di obyek wisata," ucapnya.
"Karena di Paris (Parangtritis) kita sudah memasang rapid test (antigen) untuk mengecek wisatawan yang berasal dari luar Bantul khususnya. Dan sampai hari ini alhamdulillah tidak ada laporan paparan COVID-19 di objek wisata," lanjut Halim.
Menyoal penyebab lolosnya wisatawan luar DIY masuk ke Bantul khususnya ke tempat wisata, Halim mengaku karena minimnya petugas yang berjaga. Terlebih, dia mengaku tidak memungkinkan jika melakukan pemeriksaan satu persatu terhadap semua wisatawan.
"Kita belum menghitung ada berapa wisatawan luar DIY (yang masuk Bantul). Karena petugas dari kita belum punya alat untuk deteksi, dan memang ada kesulitan di lapangan untuk menerapkan di lapangan lalu bisa berpotensi membuan antrean kendaraan juga kan," katanya.
(wsw/wsw)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan