Boyolali punya tradisi syawalan yang unik, namanya lebaran sapi. Sejumlah warga membawa ternaknya keliling kampung dalam tradisi syawalan di Boyolali.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini tradisi lebaran sapi, sebagai puncak perayaan Hari Raya idul Fitri. Hari ini kita menggelar syawalan," kata Jupriyanto, salah seorang warga Dukuh Mlambong, Desa Sruni, Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali, disela-sela membawa sapinya keliling kampung, Kamis (20/5/2021).
Tradisi menggembala hewan ternak dalam perayaan syawalan di kampung yang berada di lereng Gunung Merapi sisi timur ini, merupakan tradisi tahunan. Dilaksanakan setiap tahun sekali sudah sejak jaman nenek moyang.
Tradisi angon sapi selalu dilakukan warga di lingkup RW 04, Dukuh Mlambong, Rejosari dan Gedongsari. Digelar diakhir perayaan Lebaran atau H+7, bertepatan dengan kupatan. Maka juga biasa disebut warga setempat bakdo kupat atau bakdo sapi.
![]() |
"Tradisi ini diawali tadi pagi dengan kenduri membawa ketupat di lingkungan RT masing-masing. Setelah kenduri, warga kemudian mengeluarkan sapinya dari kandang untuk dibawa keliling kampung, dipertemukan dengan sapi-sapi milik warga lainnya di jalan kampung," jelasnya.
Namun karena saat ini masih dalam masa pandemi Corona atau COVID-19, sehingga tradisi ini dilakukan sederhana. Tidak ada perencanaan atau tidak ada perayaan khusus. Masyarakat membawa ternak sapinya keliling kampung secara pribadi-pribadi.
Meski tidak banyak dan hanya puluhan ekor sapi saja serta terlihat sangat sederhana. Namun tradisi kali ini tampak meriah. Sapi-sapi banyak yang diberi kalung ketupat. Beberapa warga juga menunggang sapi-sapinga.
Yang unik, sapi warga ada yang diberikan masker pada mulutnya. Warjuli, pemilik sapi itu mengatakan, sapinya dipakaikan masker sebagai simbol agar masyarakat tetap ingat dan selalu melaksakan protokol kesehatan, karena saat ini masih dalam pandemi Corona.
![]() |
"Kalau ada sapi-sapi lain kena penyakit, agar tidak tertular," kata Warjuli.
Kegiatan ini terus dilaksanakan warga juga sebagai upaya untuk tetap nguri-uri tradisi peninggalan nenek moyang. Tradisi ini juga ucapan syukur kepada Tuhan, atas rezeki yang dilimpahkan kepada warga melalui ternak sapi.
Tahun lalu atau sebelum pandemi COVID-19, perayaan tradisi syawalan atau bakdo sapi di wilayah ini berlangsung meriah. Ratusan ekor sapi milik warga diarak keliling kampung secara bersama-sama.
Warga juga membawa gunungan ketupat. Sebelum membawa sapinya keliling kampung, warga menggelar kenduri ketupat 4 RT jadi satu. Tradisi khas Boyolali itu pun menyedot perhatian warga, tak hanya warga setempat dan sekitarnya, tetapi juga dari luar daerah.
Kepercayaan warga pada tradisi syawalan atau bakdo kupat, warga membawa hewan ternaknya keliling kampung, karena pada hari itu Kanjeng Nabi Sulaiman memeriksa hewan-hewan ternak milik warga. Sehingga warga pun mengeluarkan sapinya dari kandang dan dibawa keliling kampung.
(bnl/bnl)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!