Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) berencana membangun jembatan kaca di kawasan wisata Bromo Tengger Semeru. Titik lokasi rencananya di Seruni Point yang berada di Cemorolawang, Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo.
"Setelah dilakukan survei ke lapangan, titik-titik pilarnya (pilar jembatan kaca) itu ada di luar kawasan taman nasional, di lahan-lahan masyarakat. Tapi memang jembatannya melintas di atas jurang yang ada di dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru," ujar Plt Kepala Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB TNBTS), Novita Kusuma Wardani, Selasa (8/6/2021).
Novita mengaku, pembangunan akan dilaksanakan oleh Dirjen Bina Marga sesuai instruksi Menteri PUPR Basuki Handimuljono. Tujuannya, membuat mercusuar agar memiliki masterpieces tempat wisata yang berbeda dengan lainnya.
"Pak Menteri ingin membuat semacam mercusuar, untuk masterpieces tempat wisata yang berbeda dengan lainnya," aku Novita.
BB TNBTS baru mengetahui adanya rencana pembangunan jembatan kaca, saat Kementerian PUPR akan melakukan survei lokasi, Januari 2021 lalu.
"Setelah dilakukan survei ke lapangan, titik-titik eces (pilar jembatan kaca) itu ada di luar kawasan taman nasional, di lahan-lahan masyarakat. Tapi memang jembatannya melintas di atas jurang yang ada di dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru," bebernya.
Menurut Novita, sesuai rencana view jembatan kaca akan mengarah ke Gunung Batok, Gunung Bromo, dan Gunung Semeru.
Akan tetapi, rencana pembangunan jembatan kaca itu sempat ditolak warga Suku Tengger yang merupakan warga sekitar. Alasannya, jembatan kaca itu melintas di atas goa yang disucikan warga.
Namun, warga akhirnya menerima rencana pembangunan jembatan, setelah lintasan jembatan kaca itu digeser mundur, sehingga tidak melintas di atas goa.
"Waktu itu sempat ada pro dan kontra. Lebih karena lokasinya yang melintasi di atas goa yang disucikan masyarakat Tengger. Tapi setelah dikomunikasikan, dipilih lokasi yang agak mundur, sehingga tidak melintasi goa itu dan masyarakat tidak keberatan," terangnya.
Dari aspek konservasi, lanjut Novita, jembatan kaca itu dinilai tidak membahayakan. Sebab, wisatawan bisa menikmati pemandangan tanpa bersentuhan langsung di ekosistem yang ada di dalamnya.
"Kalau konsep itu secara konservasi sebetulnya malah aman. Karena pengunjung datang ke situ tidak menginjak-injak tanaman. Dia justru melintas di atas jembatan yang minim interaksi dengan kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru," tegasnya.
Novita mengatakan, jembatan kaca itu bisa menjadi alternatif baru bagi wisatawan yang ingin menikmati lanskap kawasan Gunung Bromo. Menurutnya, wisatawan memiliki banyak alternatif point sehingga tidak terkonsentrasi ke satu titik.
"Ini memang di satu sisi merupakan salah satu pemecahan kunjungan. Kalau sekarang di Penanjakan itu bisa dibilang sudah overload," katanya.
Pihaknya berharap, dengan adanya jembatan kaca itu bisa menyajikan atraksi dan lokasi berbeda untuk melihat keindahan Gunung Bromo.
Simak Video "Video: Kemenpar Masih Berkoordinasi dengan Polisi soal Temuan Ganja di Bromo"
(elk/elk)