Doyan Traveling? Eits! Jangan Sampai Lupa Dana Darurat

Nadhifa Sarah - detikTravel
Rabu, 23 Jun 2021 11:27 WIB
Foto: Nadhifa Sarah
Jakarta -

Traveling menjadi hal yang disukai oleh banyak orang. Dari mulai untuk refreshing, melakukan business trip, hingga untuk melakukan meditasi, traveling dianggap sebagai jalan keluar dari rasa penat rutinitas sehari-hari.

Hal ini juga dilakukan oleh seorang musisi yang tergabung dalam grup Barasuara sekaligus travel influencer, Asteriska. Menurutnya, traveling adalah gambaran dirinya yang suka dengan kebebasan.

"Dari pekerjaan aja, bisa dilihat kalau aku seniman yang gak bisa terikat. Karena aku tidak bekerja di institusi. Mungkin, aku pribadi kurang nyaman. Traveling ini menjadi ekspresi diriku bahwa aku suka suatu kebebasan," ujar Asteriska dalam acara Mandiri Virtual Talkshow Eps. 5.


Selain itu, Asteriska menganggap traveling membuat ia mempelajari hal-hal baru yang tidak pernah diketahui sebelumnya. Ini membuatnya kecanduan untuk melakukan traveling ke berbagai kota dan negara setiap tahunnya.

"Ketika aku traveling, malah langsung belajar lagi dan malah lebih ngerti. Secara sosial juga belajar. Banyak banget yang aku pelajari saat traveling. Akhirnya, karena setiap traveling aku membawa sesuatu yang baru, jadi addicted. kecanduan. Gue butuh sesuatu yang baru lagi," ungkap wanita yang akrab dipanggil Icil ini.

Lebih lanjut, ia merasa jika traveling memberikan dampak kepada karier musiknya. Saat melakukan traveling, Icil cenderung mempelajari budaya-budaya yang ada di sana, terutama budaya musik. Hal tersebut yang membuat ia bertanya-tanya tentang bagaimana cara memainkan alat musik atau tangga nada dari budaya yang bersangkutan. Inilah yang membuat Icil terinspirasi untuk membuat lagu-lagu baru.

"Udah gitu, efeknya ke karier musikku, ketika aku pergi kan aku belajar culture ya. Nanti tuh, pasti ada aja yg tiba-tiba aku melihat, misalnya pengamen di Turki atau apa. Nadanya nada begini, itu bikin aku penasaran. Jadi, akhirnya aku cari tau 'apa sih nada-nada India? nada-nada Turki? Alat musiknya apa?' aku juga suka main ke toko-toko alat musik tradisional di negara-negara itu," ungkapnya.

Icil pun mengakui jika ia harus menabung terlebih dahulu sebelum pada akhirnya melakukan kegiatan traveling. Icil menganggap mudah dalam menyisihkan uang untuk traveling, karena hal tersebut sudah menjadi prioritasnya.

"Menurut aku nongkrong itu tetap harus, sosialisasi itu penting. Cuma aku harus pilih-pilih tempat. Aku gak akan pilih-pilih yang mahal karena aku prioritasnya dalam setahun aku harus traveling. Jadi gimana caranya pengeluaranku gak boleh hura-hura, yang buat beli barang-barang branded aku nggak, rokok dan alkohol juga nggak," jelasnya.

Walau sering mengalami over budget, namun Icil mengaku sudah melakukan perhitungan untuk over budget yang kemungkinan akan ia keluarkan.

"Biasanya, overbudget nya sudah ku budgeting, sudah aku rencanakan. Karena biasanya, aku tahu setiap traveling itu akan overbudget karena masalah-masalah gak penting seperti oleh-oleh. Tapi biasanya, mindsetku 'ok budget gue pergi A', cuma yang di tabunganku nanti yang boleh aku pake buat overbudget misalkan ada oleh-oleh, cuma boleh misalnya... 100 dollar aja gitu," jelasnya.

Namun, ketika pandemi COVID-19 melanda, Icil mengaku kesulitan untuk menabung dan melaksanakan hobinya. Dari pandemi tersebut, ia baru sadar mengenai pentingnya uang tabungan dan istilah 'dana darurat', yang seringkali ia abaikan sebelumnya.

"Ketika pandemi tuh aku baru ngeh. Iya sih, dari dulu sudah sering denger masalah dana darurat. Cuma, baru ngeh tuh aku pas pandemi, sebagai anak yang gak ngerti ekonomi banget itu baru mikir 'oh ini toh pentingnya dana darurat," ungkapnya dalam acara Mandiri Virtual Talk Eps. 6.


Padahal, Icil mengakui jika ia sudah memisah-misahkan uang untuk keperluan-keperluan dia. Dari mulai keperluan untuk traveling, membeli barang-barang yang ia inginkan seperti hula hoop, hingga untuk melakukan meditasi. Menurutnya, dana darurat sendiri berupa uang minimal yang harus ada di tabungannya.

"Aku meditasi, beli hula hoop, itu kan juga uang. itu sudah kubagi-bagi juga. Itu tidak termasuk dana traveling, dana darurat, itu tidak mengganggu minimum sekian uang di tabunganku," ujarnya.

Hal tersebut dibantah oleh Assistant Vice President Bank Mandiri Wealth Management Group, Riska Lavinia. Sebagai seorang ahli, ia pun menjelaskan tentang definisi dari dana darurat itu sendiri.

"Dana darurat ya se simple namanya. Dana yang digunakan dalam kondisi darurat. Jadi, kalau gak darurat jangan dipakai jangan didarurat-daruratin. Jadi, benar-benar kondisi darurat banget," jelas Riska.

Jika dimasukkan ke dalam rencana keuangan, Riska berpendapat jika dana darurat menjadi rencana dasar yang harus disimpan sebelum menyisihkan hal-hal lain. Ia pun menganalogikan perencanaan keuangan dengan 'naik tangga'.

"Kalau perencanaan keuangan itu kita ibarat naik tangga, dana darurat itu ada di tangga yg paling bawah. Jadi, kita naik harus satu-satu. Abis dana darurat, kita nyisihin lagi buat asuransi. Asuransi kesehatan, itu penting. Baru atasnya tabungan, naik lagi investasi. Karena kan kayak sekarang, banyak orang yang cuma pengen investasi supaya dapat keuntungan di masa yang akan datang. Jadi dia melongkap step nya," ungkap Riska.

Lebih lanjut, Riska menjelaskan jika dana darurat harus ditempatkan di instrumen-instrumen yang gampang dijangkau. Misalnya, kepada tabungan yang terpisah dari rekening sehari-hari. Deposito yang dapat diambil dalam jangka waktu tertentu juga dapat menjadi pilihan lain dalam memasukkan dana darurat.

"Jadi, si dana darurat itu harus ditempatkan di instrumen-instrumen yang gampang dijangkau. Ya, mungkin tabungannya terpisah dari rekening buat kebutuhan sehari-hari. Atau misalnya kita bagi-bagi. Atau kalau misalnya kita bagi, oh yang sebulan pengeluaran, di taro di tabungan sebulan lagi di deposito, karena kan di deposito ada tenornya tuh. 3 bulanan, 1 bulanan, yang paling gampang 1 bulanan," ujarnya.


Reksa dana juga dapat menjadi alternatif lain untuk menyimpan dana darurat. Pasalnya, reksa dana memiliki risiko yang paling rendah dan dapat diambil kapan saja.

"Ada juga yang masuknya ke reksa dana, namanya reksa dana pasar uang. Kalau di produk investasi reksa dana, dia instrumen yang resikonya paling rendah. Bisa diambil kapan aja, gak ada naik-turun, kecil lah istilahnya. Cocok nih buat nempatin dana-dana parkir yang sewaktu-waktu bisa diambil kalo kita butuh," jelasnya.

Tidak hanya untuk dana darurat, reksa dana cocok untuk mengumpulkan uang dalam jangka waktu tertentu. Dengan begitu, uang yang terkumpul tidak akan terpakai dalam jangka waktu yang sudah ditentukan.

"Setiap bulannya itu udah langsung aja pake fasilitas yang ada di perbankan, punya produk-produk yang autodebet, seperti reksa dana Mandiri Installment Plan. Tabungan-tabungan pendebetan setiap bulan itu juga dipake. Jadi, gak usah mikir takut lupa, takut abis, itu udah langsung debet, per tanggal sekian," ungkapnya.

Riska juga menggambarkan penggunaan Reksa Dana Installment Plan dengan ketika ia mau melakukan traveling. Ia akan terlebih dahulu menargetkan mau ke mana ia pergi dan untuk waktu berapa lama lagi. Dari situ, ia akan mengatur keuangannya dan memasukkannya ke dalam Installment Plan.

"Mau perginya kapan? Berapa lama lagi? Misalnya, gue butuh Rp 10 juta dalam waktu 10 bulan, jadi per bulannya gue harus spare Rp 1 juta per bulan. gue daftar saja ke mandiri installment plan, itu minimalnya dari Rp 100 ribu aja," pungkasnya.



Simak Video "CDC Bolehkan Orang yang Sudah Divaksin Traveling di AS"

(mul/ddn)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork