Singapura mengumumkan kebijakan baru terkait pelancong dari Australia. Mereka wajib karantina sehubungan dengan adanya lonjakan kasus Covid-19.
Diberitakan CNA, Kamis (1/7/2021) mulai pukul 23.59 pada hari Jumat, warga Singapura, penduduk tetap, dan pemegang izin jangka panjang yang memiliki riwayat perjalanan ke Australia dalam 21 hari terakhir sebelum keberangkatan ke Singapura, harus melakukan tes PCR COVID-19 setibanya di Singapura. Mereka juga harus isolasi mandiri di rumah selama 7 hari menjelang tes PCR di hari terakhir karantina.
Sedangkan pelancong jangka pendek yang memegang Air Travel Pass (ATP) dengan riwayat perjalanan ke Australia dalam 21 hari terakhir sebelum keberangkatan mereka ke Singapura ,tidak akan diizinkan memasuki Singapura.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Langkah-langkah ini akan diambil untuk pelancong dari Australia mengingat peningkatan jumlah kasus COVID-19 di sana", kata Depkes Singapura.
Saat ini semua pelancong dari Australia, kecuali mereka yang berasal dari New South Wales, harus mengikuti tes COVID-19 setibanya di bandara, sebagai pengganti karantina. Pelancong jangka pendek yang memegang ATP dengan riwayat perjalanan ke New South Wales dalam 21 hari terakhir tidak diizinkan memasuki Singapura.
Saat ini, warga Singapura, penduduk tetap, dan pemegang izin tinggal jangka panjang yang telah melakukan perjalanan ke New South Wales dalam tiga minggu terakhir, juga akan mendapat pemberitahuan isolasi di rumah selama tujuh hari di tempat tinggal mereka ketika mereka tiba di Singapura. Kebijakan terkait New South Wales mulai berlaku pada 23:59 Sabtu lalu.
Mengumumkan Covid sebagai flu biasa
Dalam sebuah kolom opini di The Strait Times, Satgas Covid-19 Singapura yang dikomandoi oleh tiga menteri, Menteri Perdagangan dan Industri Singapura Gan Kim Yong, Menteri Keuangan Lawrence Wong, dan Menteri Kesehatan Ong Ye Kung, mengatakan bahwa prioritas dalam beberapa bulan ke depan adalah menyiapkan Singapura untuk hidup berdampingan bersama COVID-19.
Mereka menganggap Covid-19 sebagai penyakit yang akan terjadi lagi dan dapat dikendalikan.
"Sudah 18 bulan sejak pandemi dimulai warga kami sudah lelah berperang. Semua bertanya: Kapan dan bagaimana pandemi akan berakhir?" begitulah pernyataan ketiga menteri itu.
"Kabar buruknya adalah bahwa COVID-19 mungkin tidak akan pernah hilang. Kabar baiknya adalah bahwa hidup normal COVID-19 di tengah-tengah kita adalah mungkin," ujarnya.
(sym/ddn)
Komentar Terbanyak
Study Tour Dilarang, Bus Pariwisata Tak Ada yang Sewa, Karyawan Merana
Penumpang Pria yang Bawa Koper saat Evakuasi Pesawat Dirujak Netizen
Suhu Bromo Kian Menggigit di Puncak Kemarau