Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menutup seluruh destinasi wisata di wilayah ini selama Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat 3-20 Juli 2021. Pelaku wisata pun memilih patuh dan legawa dengan kebijakan tersebut.
"Dengan ditutupnya objek wisata, kami ya sarujuk aja karena semuanya demi keamanan masyarakat yang ada di Kulon Progo. Kita juga harus bisa menerima semua keputusan yang ada ini," ujar Pengelola Wisata Gua Kiskendo, Kapanewon Girimulyo, Suisno, kepada wartawan Sabtu (3/7/2021).
Suisno mengatakan selama penutupan berlangsung, pihaknya akan tetap beraktivitas di kawasan wisata Kiskendo. Namun, bukan untuk melayani wisatawan, melainkan menjaga kondisi tempat wisata agar tetap bersih dan layak untuk kembali dibuka setelah PPKM darurat berakhir nantinya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ya masih kaya biasanya aja sih mas, beraktivitas di sini buat bersih-bersih sama memastikan kelaikan sarana prasarananya," ucapnya.
Rasa legawa juga diutarakan Ketua Pengelola Desa Wisata Nglinggo, Kapanewon Samigaluh, Anton Nugroho. Meski berat karena kebijakan ini dipastikan berimbas pada hajat hidup pelaku wisata setempat, pihaknya harus tetap mengikuti aturan tersebut.
"Sebenarnya kasihan pelaku wisata karena berhubungan dengan hajat hidup, tapi ya mau gimana lagi, kami mengikuti aturan pemerintah setempat aja," ujarnya.
"Ke depan kami berharap situasi segera membaik, masyarakat bisa beraktivitas normal. Khususnya wisata akan kami genjot dengan event-event seni budaya, dan sentra ekonomi kreatif akan kami tingkatkan untuk memulihkan ekonomi masyarakat. Tentunya kalo situasi sudah mendukung dan aman," sambung Anton.
Travel Batal Datang, Kuras Kas
Humas Pengelola Wisata Pulepayung, Kapanewon Kokap, Eko Purwanto mengatakan kebijakan penutupan obwis memaksa pihaknya membatalkan layanan travel yang rencananya akan berkunjung ke tempat ini. Total ada 6 travel yang batal datang.
"Ya kami tetap harus ikut (menutup obwis) mas, cuma agak merepotkan karena pemberitahuan baru saja masuk, jadi harus cancel 6 layanan travel yang besok pagi mau berkunjung," ucap Eko.
Beruntung, pihak travel kata Eko bisa menerima pembatalan akibat kebijakan PPKM Darurat tersebut. "Ya Alhamdulillah mereka bisa menerima mas karena kami juga awalnya sudah menyampaikan "sementara masih buka" sebelum ada edaran itu (penutupan obwis)," ujarnya.
Eko mengatakan dengan penutupan ini, dipastikan berdampak pada pemasukan wisata Pulepayung. Bahkan pihak pengelola terpaksa menguras kas wisata untuk biaya operasional. "Yang jelas 1,5 tahun terakhir kas dikuras untuk operasional jadi ya memang berat karena selama tutup perawatan tetap harus dijaga juga maintenance peralatan," ujarnya.
Eko pun berharap penutupan ini hanya berlaku sampai 20 Juli. Apabila nantinya ada perpanjangan pihaknya khawatir kondisi pariwisata makin terpuruk yang berimbas pada pelaku wisata itu sendiri.
"Harapannya setelah tanggal 20 Juli jangan ada perpanjangan lagi, karena biaya untuk pemenuhan peralatan prokes di wisata juga tidak sedikit. Di sisi lain sertifikasi CHSE sudah kami lakukan, pelaku wisata di sini juga sudah dapat vaksin. Itu saja mas harapan dari kami," pungkasnya.
Selanjutnya Wisata Kuliner di Kulon Progo Ikut Tutup
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!