Bukan Cuma Indonesia, Tokyo Juga Umumkan Darurat COVID-19

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Bukan Cuma Indonesia, Tokyo Juga Umumkan Darurat COVID-19

Johanes Randy Prakoso - detikTravel
Kamis, 08 Jul 2021 18:01 WIB
A German athlete, wearing face mask, walks past the Olympic rings display on their arrival at Haneda airport in Tokyo, Thursday, July 1, 2021. The pressure of hosting an Olympics during a still-active pandemic is beginning to show in Japan. The games begin July 23, with organizers determined they will go on, even with a reduced number of spectators or possibly none at all.(Kyodo News via AP)
Foto: AP
Tokyo -

Lonjakan kasus COVID-19 dari hari ke hari kian mengkhawatirkan. Selain Indonesia, Tokyo juga mengumumkan darurat COVID-19.

Jelang hitungan hari menuju Olimpiade Tokyo yang akan dilangsungkan pada 23 Juli mendatang, Ibu Kota Jepang itu malah mencatat kenaikan kasus COVID-19 yang cukup signifikan seperti dikutip detikTravel dari media Channel News Asia, Kamis (8/7/2021).

Atas meningkatnya kasus di Tokyo tersebut, Pemerintah Jepang segera mengumumkan status darurat COVID-19 atas Tokyo per hari Kamis ini. Status darurat tersebut menandakan, kalau panitia acara bisa melarang penonton untuk melihat langsung.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bahkan diperkirakan, kalau nantinya event Olimpiade Tokyo 2020/2021 ini akan menjadi Olimpiade pertama yang digelar secara tertutup atau tanpa penonton.

"Jumlah kasus infeksi COVID-19 terus meningkat di Tokyo. Seiring dengan mobilitas masyarakat yang makin meningkat, varian Delta telah menyumbang sekitar 30% kenaikan kasus. Diperkirakan bisa menyebar lebih luas," ujar Menteri Ekonomi Yasutoshi Nishimura.

ADVERTISEMENT
A German athlete, wearing face mask, walks past the Olympic rings display on their arrival at Haneda airport in Tokyo, Thursday, July 1, 2021. The pressure of hosting an Olympics during a still-active pandemic is beginning to show in Japan. The games begin July 23, with organizers determined they will go on, even with a reduced number of spectators or possibly none at all.(Kyodo News via AP)Kontingen atlet Jerman yang telah tiba di Tokyo pada awal Juli 2021 (Kyodo News via AP)

Meningkatnya kasus infeksi COVID-19 di Tokyo ditengarai sebagai akibat dari varian Delta seperti di India dan Indonesia yang menyebar secara agresif.

Ini bukan pertama kalinya Jepang mengeluarkan status darurat COVID-19. Hanya ketimbang yang dahulu, lockdown kali ini disebut akan lebih keras dari pada lainnya.

Kabarnya, aturan itu mencakup penghilangan alkohol di bar dan restoran. Pembatasan jam buka bar dan restoran hingga pukul 20:00, serta konser yang harus berakhir pukul 21:00 waktu setempat.

Yang tak kalah krusial, penonton suatu acara juga akan dibatasi menjadi 5 ribu orang atau sekitar 50 persen dari kapasitas maksimal venue.

"Kami berharap untuk menahan laju infeksi dengan menempatkan Tokyo di bawah status darurat," ujar Nishimura.

Keputusan yang dikeluarkan Pemerintah itu juga kian menekan panitia Olimpiade yang masih terus berjuang menyempurnakan pembatasan. Khususnya terkait jumlah penonton dari masyarakat setempat.

Sejumlah media Jepang juga mengatakan, kalau pihak panitia akan melarang semua penonton dari seluruh venue di Tokyo dan tiga area lainnya. Diperkirakan kalau pihak panitia juga akan segera bertemu dengan pihak Pemerintah pusat dan daerah terkait hal itu.

Selanjutnya: Persiapan Olimpiade Tokyo

Kabar terakhir terkait Olimpiade Tokyo, penonton yang berasal dari luar negeri masih dilarang untuk datang. Adapun event olahraga akbar itu hanya akan dibuka untuk masyarakat Jepang saja.

Pembatasan jumlah penonton juga dipastikan terjadi, minimal adalah sekitar 50 persen dari total kapasitas venue. Walaupun ada kabar, kalau event dapat diselenggarakan tertutup apabila kasus terus meningkat.

Selain itu, Ketua Olimpiade Thomas Bach juga disebut telah mendarat di Tokyo pada hari Kamis ini. Dimana ia harus lebih dulu menjalani karantina selama tiga hari sebelum diperbolehkan melakukan mobilitas.

Sedangkan peserta Olimpiade tak harus menjalani karantina 14 hari, tapi akan menemui banyak batasan selama kunjungan mereka ke Jepang. Dimana mereka akan dites COVID-19 secara harian.

Mayoritas masyarakat Jepang sendiri berujar, kalau lebih memilih agar event diundur atau dihapuskan saja. Adapun pihak oposisi terus mengendur selama beberapa pekan ini.

Hingga saat ini Jepang masih mencatatkan kenaikan COVID-19 yang relatif kecil dibanding negara lain, dengan tingkat kematian menyentuh 14.900 orang. Program vaksinasi di sana juga disebut cukup lambat.

Kabar terakhir, baru sekitar 15 persen dari total populasi Jepang yang telah divaksinasi. Ada juga kekhawatiran, kalau varian Delta bisa menghadirkan gelombang baru kasus COVID-19 seperti di Indonesia.


Hide Ads