Dulu Tukang Sapu, Kini Guide Tamu Negara di Candi Borobudur

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Dulu Tukang Sapu, Kini Guide Tamu Negara di Candi Borobudur

Eko Susanto - detikTravel
Kamis, 15 Jul 2021 10:58 WIB
Mura Aristina, tukang sapu jadi pemandu tamu VVIP Candi Borobudur
Mura Aristina, tukang sapu jadi pemandu tamu VVIP Candi Borobudur Foto: Eko Susanto/detikTravel
Magelang -

Pemandu wisata yang satu ini dulu bekerja sebagai tukang sapu di Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Berkat kepiawaiannya, dia pernah mendampingi tamu-tamu VVIP dari mancanegara yang berkunjung ke Candi Borobudur.

Pemandu wisata tamu VVIP di Candi Borobudur yang dulunya tukang sapu itu adalah Mura Aristina (39). Dia tinggal di Bumen, Desa Kembanglimus, Kecamatan Borobudur.

Kalau dulu dia tenaga honorer, kini Mura tercatat sebagai salah satu staf Balai Konservasi Borobudur (BKB). Tugasnya mendampingi tamu negara dari luar negeri yang mengunjungi Candi Borobudur. Dia harus menjelaskan secara detail relief di Candi Borobudur kepada tamu negara tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mura bilang belajar bahasa Inggris secara autodidak. Saat masih menjadi tukang sapu, dia coba-coba mengajak bicara dengan turis mancanegara. Sempat grogi, dia nekat saja.

Candi Borobudur yang kerap kedatangan turis asing dianggapnya sebagai kawah candradimuka praktik Bahasa Inggris secara langsung.

ADVERTISEMENT

Menjumpai dan berbincang-bincang dengan turis asing secara langsung ternyata dirasanya asyik. Praktik langsung itu berbeda dengan pelajaran bahasa Inggris di sekolah saat SMP dan SMA. Mura lulusan SMA tahun 1999 yang kemudian mendaftar menjadi tukang sapu di Candi Borobudur.

Keputusan itu diambil karena dia harus mendapatkan upah. Untuk melanjutkan sekolah tidak mungkin, orang tuanya tidak memiliki biaya.

"Saya menjadi tukang sapu dari 1994 sampai 2004. Kemudian 2004 ada pendaftaran satpam. Ketika itu, dari 177 yang (mendaftar) diterima lima, salah satunya saya. Sekarang saya staf Pemanfaatan Balai Konservasi Borobudur," kata Mura saat ditemui detikTravel, belum lama ini.

"Saya lulus SMA Salaman tahun 1999. Tapi, prinsipnya patuh dengan orang tua. Karena bapak saya bilang kamu mau kuliah juga tidak ada biaya. Akhirnya jadi tukang sapu candi, saya menikmati mengalir saja," Mura membeberkan.

"Tantangan itu saya terima dengan agak memaksakan diri. Ketika ada bule tukang sapu lain lari menghindar, tetapi saya sebisa mungkin mengajak ngobrol," ujarnya.

Halaman berikutnya --> Modal Kamus Seharga Rp 12 Ribu

Sejak menjadi tukang sapu tersebut telah berinteraksi dengan turis mancanegara. Kemudian saat libur kerja terutama hari Minggu, Mura menjadi guide.

"Jadi tukang sapu di Candi Borobudur, saya sudah mulai berinteraksi dengan wisatawan walaupun kadang masih ketakutan karena tidak bisa bicara, tapi dari situlah seperti kawah candradimuka untuk saya," dia menjelaskan.

"Jadi saya, beli kamus Rp 12.000. Dari kosa kata ringan saja, dari situ saya sejak itu sejak tahun 1999 itu. Jadi, dari sekian banyak humas di balai ini, kenapa saya banyak dipakai mungkin ya karena faktor jam terbang saja. Saya, Sabtu Minggu atau hari di luar jam kerja pagi itu sering guide jadi kosa kata, mental terbentuk dengan sendiri," kata dia.



Simak Video "Video: Wujud Stairlift di Candi Borobudur yang Ramai Disorot"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads