Mengenal Papeda Daun Jati, Terinspirasi dari Tempe

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Mengenal Papeda Daun Jati, Terinspirasi dari Tempe

Hari Suroto - detikTravel
Rabu, 21 Jul 2021 15:47 WIB
Papeda daun jati
Papeda daun jati (Foto: Hari Suroto/Istimewa)
Jakarta -

Papeda merupakan kuliner khas Papua. Papeda berbahan pati sagu.

Terdapat dua jenis papeda yaitu papeda panas dan papeda bungkus. Papeda panas sepintas mirip bubur, pembuatannya yaitu pati sagu diberi perasan air jeruk nipis kemudian disiram dengan air mendidih.

Papeda panas dinikmati dengan lauk ikan kuah kuning dan sayur tumisan daun pepaya. Olahan sagu lainnya yaitu papeda bungkus, papeda ini dibungkus menggunakan daun fotofe atau forofe (sejenis daun pisang-pisangan).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pembuatan papeda bungkus yaitu papeda panas diambil secukupnya kemudian dibungkus dalam daun fotofe. Selanjutnya didiamkan beberapa saat hingga papeda menjadi dingin, kemudian baru dapat dinikmati.

Papeda bungkus dinikmati dengan lauk ikan mujair atau ikan louhan goreng. Daun fotofe berbentuk seperti daun pisang berukuran kecil, secara tradisional sejak masa lalu, oleh orang Papua dijadikan sebagai pembungkus makanan.

ADVERTISEMENT
Papeda daun jatiPapeda daun jati (Foto: Hari Suroto/Istimewa)

Pada 2010, Dinas Kehutanan Kabupaten Jayapura melakukan penanaman pohon jati di Kampung Abar, Distrik Ebungfauw, Kabupaten Jayapura. Saat ini pohon jati sudah berukuran besar, oleh masyarakat Abar daun jati berjatuhan dibiarkan begitu saja.

Bibit tanaman jati ini didatangkan dari Jawa. Melihat potensi daun jati yang banyak ini, Beatriks Felle, terinspirasi daun jati sebagai pembungkus nasi atau tempe di Jawa, maka ia mencoba untuk membungkus papeda.

Papeda daun jatiPapeda daun jati (Foto: Hari Suroto/Istimewa)

Pada awalnya sempat ragu, khawatir papeda berubah warna menjadi merah atau rasanya berubah. Setelah dicoba, warna tidak berubah dan rasa papeda tetap sama.

Kreasi baru, papeda dibungkus daun jati ini akan ditampilkan dalam Festival Makan Papeda dalam Gerabah, 30 September 2021.

***

Artikel ini dibuat oleh Hari Suroto dari Balai Arkeologi Papua dan diubah seperlunya oleh redaksi.




(msl/msl)

Hide Ads