Pandemi membuat banyak perbedaan pada tren wisata. Aneka kiat dan ramalan diluncurkan agar sektor pariwisata bisa bertahan.
Saat ini Indonesia masih dalam kondisi tanggap darurat pandemi. Di balik sesaknya pergerakan, pariwisata masih berusaha untuk berdenyut meskipun sebenarnya kontradiktif dari peraturan.
"Ini dilemanya, pemerintah menetapkan kebijakan salah satunya kurangi bepergian atau stay at home. Di sisi lain sektor pariwisata kepentingannya berbeda, yaitu mengharapkan orang bepergian," jelas I Gusti Ngurah Putera, TA Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kemenparekraf, dalam Webinar Industri Pariwisata dengan tema Bertahan di masa Pandemi, Rabu (28/7).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
I Gusti menjelaskan bahwa di balik kontradiksi ini, Kemenparekraf ingin agar pariwisata tetap bertahan. Caranya dengan sejumlah kiat serta menerka-nerka tren wisata pasca pandemi.
"Tren wisatawan pasca pandemi akan berbeda. Disampaikan oleh Menteri Pariwisata, bahwa kita akan menuju quality tourism tidak mass tourism lagi," jelasnya.
Melalui berbagai survey, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pelaku wisata. Yang pertama adalah tren liburan bersama keluarga dan solo akan lebih banyak diminati, yaitu 66 persen.
"Kemudian wisatawan akan lebih banyak menjelajahi wilayah domestik dari pada luar negeri. Desa wisata menjadi lebih diminati," lanjutnya.
Yang paling terlihat adalah kecenderungan wisatawan untuk liburan wilayah green zone atau area yang rendah kasus Covid-19. Akomodasi bersertifikat CHSE pun menjadi prioritas.
"Wisatawan akan lebih memilih wisata kebugaran dan kesehatan. Mereka juga menghindari liburan pada akhir pekan atau long weekend," jelas I Gusti.
"Yang mungkin juga perlu diwaspadai adalah durasi liburan lebih singkat dari biasanya. Paket staycation akan semakin diminati, sementara frekuensi akan semakin berkurang. Ini adalah tren," tuturnya.
(bnl/ddn)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan