Kabuki, Teater Pria yang Tampil di Pembukaan Olimpiade Tokyo 2020

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Kabuki, Teater Pria yang Tampil di Pembukaan Olimpiade Tokyo 2020

Putu Intan - detikTravel
Jumat, 30 Jul 2021 12:20 WIB
Kabuki
Foto: Wikimedia Commons
Tokyo -

Ada pementasan unik dalam Upacara Pembukaan Olimpiade Tokyo 2020. Pementasan itu adalah Kabuki yang semua pemainnya pria.

Kabuki merupakan salah satu dari empat jenis teater klasik Jepang yakni noh, kyogen, dan bunraku. Kesenian ini sudah eksis selama lebih dari 250 tahun, tepatnya sejak zaman Edo (1603-1867) saat era Tokugawa.

Meskipun sudah berusia tua, hingga saat ini Kabuki tetap eksis dan diminati penonton. Hal ini karena tema cerita yang dibawakan menarik perhatian, seperti tentang kepahlawanan atau tentang keinginan masyarakat mewujudkan mimpinya. Karena kekhasan itu, Kabuki diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh UNESCO pada 2008.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejarah Kabuki

Mungkin traveler bertanya-tanya, mengapa pementasan Kabuki hanya dilakukan pria? Hal itu rupanya tak lepas dari sejarah perkembangan Kabuki.

Kabuki pertama kali ditampilkan di Kyoto pada 1603. Di awal kemunculannya, tokoh dalam Kabuki justru diperankan perempuan. Pementasan itu awalnya didominasi pertunjukan tari dan sedikit teater.

ADVERTISEMENT

Akan tetapi, dalam perjalanannya, Kabuki justru dijadikan sebagai ajang prostitusi. Itu sebabnya, sejak 1629 pertunjukan ini dilarang diperankan perempuan.

Sebagai gantinya, anak laki-laki atau disebut Wakashu, yang memerankan teater tersebut. Ternyata Kabuki menjadi semakin populer dengan formula ini.

Sayangnya, pada tahun 1652, Kabuki kembali dilarang diperankan anak laki-laki. Alasannya karena banyak aktor muda yang dilecehkan untuk aktivitas prostitusi oleh aktor dewasa.

Dengan dilarangnya perempuan dan anak laki-laki, Kabuki kemudian hanya diperankan pria dewasa. Formula tersebut bertahan hingga saat ini.

Kendati hanya diperankan pria dewasa, tokoh-tokoh yang diperankan dalam Kabuki masih mencakup perempuan dan laki-laki. Itu artinya, aktor pria akan juga akan memerankan tokoh perempuan.

Genre Kabuki

Dalam pementasan Kabuki, ada dua genre yang umumnya dibawakan yaitu genre aragoto dan wagoto. Perbedaannya, aragoto lebih menekankan cerita yang bombastis. Sedangkan wagoto lebih menekankan pada penggunaan dialek Kansai dan gestur lemah lembut.

Kostum dan Makeup Tebal

Kabuki dikenal punya ciri khas di mana para aktor mengenakan kostum tradisional Jepang dan makeup yang tebal. Makeup tebal ini disebut sebagai kumadori.

Dalam menggunakan makeup ini, ada sejumlah warna yang punya arti tertentu. Misalnya merah melambangkan kebaikan atau kekuatan super manusia. Sedangkan biru melambangkan hal buruk atau perasaan negatif seperti iri hati atau ketakutan.

Musik

Pertunjukan Kabuki akan semakin semarak dengan hadirnya musik. Musik yang dimainkan di panggung Kabuki berasal dari alat musik tradisional, salah satunya shamisen.

Shamisen merupakan alat musik dawai khas Jepang yang memiliki 3 senar dan cara memainkannya dengan dipetik menggunakan pick yang disebut bachi.

Di samping shamisen, alat musik lain seperti flute dan perkusi juga melengkapi musik pengiring Kabuki.




(pin/pin)

Hide Ads