Tren Wisata Vaksin, Indonesia Siap Tidak Ya?

Dinda Ramadanti - detikTravel
Rabu, 04 Agu 2021 10:47 WIB
Wisata vaksin AS (Golden Rama)
Bandung -

Paket perjalanan wisata vaksin di Amerika Serikat mulai menjadi tren. Harga yang ditawarkan pun tidak murah, bagaimana pandangan terhadap tren ini bagi akademisi?

Akademisi yang menjabat sebagai Pembantu Ketua IV (Bidang Kerjasama dan Penjamin Mutu) STP NHI Bandung, Haryadi Darmawan memberikan pandangannya. Menurutnya, paket wisata vaksin diciptakan dan dipasarkan sebagai salah satu cara negara AS untuk kembali meningkatkan pemasukan dari kedatangan orang ke AS. Salah satunya dengan kegiatan pariwisata.

"Karena kita sangat paham bahwa orang yang ingin ke AS sangat banyak dan tentunya pemerintah AS mendapatkan banyak keuntungan dari administrasi/visa serta pengeluaran orang menuju ke AS dan selama di AS," kata Haryadi.

Pandangan selanjutnya mengenai motivasi wisatawan untuk mau membayar dengan harga tinggi yaitu karena sudah sangat diketahui bahwa vaksin yang diciptakan oleh AS sangat diakui keampuhannya secara global.

"Sehingga dengan paket ini diharapkan masyarakat global yang memiliki kekuatan finansial akan datang ke AS untuk melaksanakan vaksin sambil berlibur meskipun terbatas waktunya," ujar Haryadi.

Menurutnya, negara AS akan mendapatkan keuntungan ganda yaitu dari biaya perjalanan serta penjualan vaksin. Melihat dampak yang diberikan dari paket wisata vaksin ini, dampak baiknya yaitu menguatkan program vaksinasi nasional dan untuk dampak buruknya adalah terjadinya kebocoran devisa akibat perjalanan orang Indonesia ke AS.

Haryadi mengatakan Indonesia masih butuh lebih banyak vaksin untuk mencapai angka 70 persen vaksinasi. Indonesia juga perlu mengembangkan secara nasional vaksin untuk COVID-19 yang bisa diakui secara global keampuhannya, dimana saat ini saja masih impor untuk mendapatkannya.

"Kalaupun ingin melaksanakan hal yang sama, dilakukan di suatu destinasi yang masyarakatnya sudah minimal tervaksinasi 70% (seperti Bali saat ini 80%), menggunakan vaksin yang berskala global misal AstraZeneca, Moderna, Pfizer," ucap Haryadi.




(elk/elk)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork