Welcome d'travelers !

Ayo share cerita pengalaman dan upload photo album travelingmu di sini. Silakan Daftar atau

ADVERTISEMENT

Rabu, 04 Agu 2021 19:16 WIB

TRAVEL NEWS

Oh No! Pekalongan-Semarang Bakal Tenggelam Lebih Cepat dari Jakarta

Tim detikcom
detikTravel
Kendaraan bermotor menembus jalan raya pantura Demak KM 8 ruas Demak-Semarang yang terendam limpasan air laut ke daratan (rob) di Demak, Jawa Tengah, Rabu (13/5/2020). Banjir rob yang melimpas ke jalur utama pantura Demak setinggi sekitar 15-40 sentimeter itu menyebabkan kemacetan lalu lintas sepanjang sekitar 7,5 kilometer dari arah Kabupaten Demak menuju Kota Semarang dan sepanjang sekitar satu kilometer dari arah Kota Semarang menuju Kabupaten Demak. ANTARA FOTO/Aji Styawan/foc.
Banjir rob di Pantura Demak (ANTARA FOTO/AJI STYAWAN)
Jakarta -

Isu tenggelamnya Jakarta bukan satu-satunya yang jadi perhatian Indonesia. Karena ternyata tiga daerah ini bakal tenggelam lebih cepat dari Jakarta.

Penurunan tanah di Jakarta sudah menjadi rahasia umum. Menurut Kepala Laboratorium Geodesi ITB, Dr Heri Andreas, dalam acara Blak-blakan detikcom, ada 7 penyebab terjadinya penurunan tanah, yaitu kompaksi alamiah, beban urugan dan infrastruktur, eksploitasi air tanah, efek tektonik, eksplotasi minyak dan gas, geothermal dan pengeringan lahan gambut.

Untuk kompaksi alamiah dan beban urugan infrastruktur sendiri akan memberi penurunan tanah 1-2 cm per tahun. Sementara Jakarta pernah mengalami penurunan 10-20 cm per tahun. Dari hasil hipotesa, eksploitasi air tanah menjadi kemungkinan terbesar dari penyebab turunnya tanah Jakarta.

Namun ternyata kini pergerakan turunnya Jakarta bukan lagi prioritas. Karena Pekalongan, Demak dan Semarang menjadi daerah yang mengalami penurunan drastis dibandingkan Jakarta.

"Semarang, Demak dan Pekalongan saat ini mengalami penurunan tanah sangat tinggi yaitu 15-20 cm. Kondisi ini mirip dengan Jakarta tahun 2007-2011," ucap Heri.

Kondisi ini sangat mengkhawatirkan. Karena kalau dilihat-lihat, infrastruktur di tiga daerah tersebut tidak sebanyak Jakarta. Ini menandakan adanya eksploitasi air secara masif.

"Hanya eksploitasi tanah yang jadi jawabannya. Namun kita belum punya data ukur, harusnya kita mulai menganalisa kondisi air tanah di Semarang, Demak dan Pekalongan," jelasnya.

Heri melihat masih banyak persawahan di Jawa Tengah dan Jawa Timur yang menggunakan irigasi dari air tanah. Ini juga menjadi salah satu faktor yang harus diperhitungkan.

"Di Jawa 90 water supply itu dari air tanah dan pemerintah mendistribusikannya pada masyarakat," ungkapnya. '

Tak heran, banjir rob seakan jadi sahabat bagi Semarang, Demak dan Pekalongan. Kondisi ini diperparah dengan tak masuknya banjir rob ke dalam UU Kebencanaan. Sehingga tak dianggap bencana.

"Bagi dasar kementerian kelembagaan untuk membuat anggaran harus regulasinya, kalau tidak ya tidak akan smooth," jelas Heri.

Sementara ini baru Jakarta-lah yang mendapat kesempatan untuk diperhatikan. Sehingga Semarang, Demak dan Pekalong harus elus-elus dada jika banjir rob datang. "Kita pernah ngobrolin ini, dari DPRD hanya bisa memberikan bantuan dari sisa anggaran saja," pungkasnya.



Simak Video "Waspada! Awal dan Akhir Desember Pesisir Semarang Hadapi Puncak Pasang"
[Gambas:Video 20detik]
(bnl/ddn)
BERITA TERKAIT
BACA JUGA