Miris! 16 Akomodasi Wisata di Denpasar Tutup Permanen Efek Pandemi

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Miris! 16 Akomodasi Wisata di Denpasar Tutup Permanen Efek Pandemi

Sui Suadnyana - detikTravel
Kamis, 02 Sep 2021 14:30 WIB
Ilustrasi hotel
Ilustrasi hotel Foto: CNN
Denpasar -

Sebanyak 16 akomodasi pariwisata di Kota Denpasar, Bali tutup permanen imbas pandemi COVID-19. Berbagai akomodasi yang tutup permanen mulai dari hotel hingga vila.

"Ada sekitar 16 (akomodasi) yang tutup. Iya (efek pandemi). Endak ada tamu gimana mereka mau buka usaha," kata Kepala Dinas Pariwisata Kota Denpasar MA Dezire Mulyani saat dihubungi detikTravel, Kamis (2/9/2021).

Data yang diberikan oleh Dezire, 16 akomodasi pariwisata yang tutup permanen terdiri atas 11 hotel non bintang, 2 pondok wisata dan 3 villa. Dalam data, belum ada hotel berbintang yang tutup permanen.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain 16 akomodasi pariwisata yang tutup permanen, ada juga 141 yang tutup sementara. Jumlah itu terdiri atas 3 hotel berbintang, 70 hotel non bintang, 32 pondok wisata dan 36 villa.

Guna menjawab persoalan ini, pihaknya telah meminta kepada Gubernur Bali dan pemerintah pusat untuk segera membuka pintu Bali bagi wisatawan mancanegara (wisman). Dengan begitu, kondisi miris dari pelaku dunia pariwisata diharapkan tidak berkepanjangan.

ADVERTISEMENT

"Harapannya masyarakat kita lebih bisa tetap berusaha, khususnya hal-hal yang terkait dengan pariwisata, baik itu akomodasi, baik itu rumah makannya, maupun destinasinya," harap Dezire.

Dezire mengaku sudah siap menyambut jika pintu kedatangan wisman dibuka. Terlebih sudah ada valisitasi dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) untuk sertifikasi cleanliness, health, safety and environment sustainabelity (CHSE) secara gratis.

Sertifikasi CHSE ini diberikan kepada semua bidang usaha pariwisata, mulai dari destinasi wisata, hotel atau usaha yang lain. Dengan adanya sertifikasi CHSE, usaha pariwisata dapat dikunjungi dengan aman oleh para wisatawan.

"Artinya sudah banyak, sebagian besar (sudah memiliki sertifikat CHSE). Kalau mereka punya sertifikat tapi tidak juga ada yang datang jadi untuk apa. Nanti kan pasar yang bermain," terangnya.

Dezire menegaskan, bahwa pembukaan wisatawan hanya untuk domestik tidak terlalu besar membantu pelaku pariwisata. Terlebih adanya kebijakan vaksin dan RT-PCR bagi pintu masuk juga memberatkan wisatawan untuk masuk ke Bali.

"Mungkin nanti bisa dipermudah cukup dengan kartu vakin mungkin bisa masuk," pintanya.

Dezire berharap, kabar mengenai penurunan harga RT-PCR dan rapit test antigen dapat membantu tumbuhnya kedatangan wisatawan ke Bali, khususnya ke Kota Denpasar.




(rdy/rdy)

Hide Ads