Bantul -
Ingin berwisata sembari mendalami budaya Indonesia? Museum adalah tempat yang paling tepat untuk dikunjungi. Salah satu daerah yang mempunyai beragam museum untuk mendalami budaya adalah Kabupaten Bantul, Yogyakarta.
Kabupaten Bantul memang terkenal akan wisata alam, budaya hingga kulinernya bisa disinggahi dalam sekali kunjungan. Tak hanya itu, Bantul juga memiliki banyak kali museum yang layak untuk dikunjungi. Selain sebagai tempat rekreasi, museum juga memiliki nilai kesejarahan, fungsi pendidikan hingga wahana penelitian
Nah, berikut ini empat rekomendasi museum yang bisa jadi tujuan bertamasya sekaligus mendalami kebudayaan Indonesia di Kabupaten Bantul.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Museum Wayang Kekayon
Museum Wayang Kekayon adalah tempat penyimpanan segala hal tentang dunia wayang. Museum ini berlokasi di di Jalan Raya Yogya-Wonosari Km. 7 Kelurahan Baturetno, Banguntapan, Kabupaten Bantul.
Soal koleksi, museum ini menyimpan banyak sekali koleksi wayang mulai dari wayang Purwa, Madya, Gedoog, 100 Kurawa, wayang Golek, wayang kreasi baru dan pernik wayang lainnya. Tak hanya dari Jawa Tengah, museum ini juga mengoleksi wayang dari berbagai daerah seperti Bali, Lombok dan Madura.
Museum yang dirintis oleh guru besar UGM Prof. DR. dr. KPH. Soejono Prawirohadikusumo ini memiliki tujuh unit ruang pamer dengan masing-masing cerita dan periodesasi koleksi wayang. Unit satu dan dua menampilkan koleksi Wayang Purwa dari kisah Mahabarata dan Ramayana yakni Pandawa hingga Kurawa. Unit ketiga menyuguhkan koleksi wayang karya Sunan Giri yakni Gedog dan Wayang Madya yang digunakan sebagai sarana syiar agama Islam kala itu.
Di unit keempat menyimpan koleksi Wayang Klithik, tokoh Punakawan gaya Yogya dan Solo dan Wayang Beber. Sedangkan unit kelima menampilkan Masterpiece Museum Wayang Kekayon yakni 100 wayang Kurawa lengkap. Ada juga Wayang Ukur dan wayang Nusantara dari Bali, Demak dan Lombok.
Koleksi Wayang Golek dari Wayang Golek Menak, Wayang Golek Wahyu, dan Wayang Golek dari Jawa Barat berada di unit keenam. Dan di unit ketujuh adalah tempat Koleksi Wayang Kontemporer seperti Wayang Aji-ajian, Wayang Kancil dan Wayang Suluh.
Selain wayang nusantara, Museum Wayang Kekayon juga menyimpan koleksi dari mancanegara, di antaranya wayang Thailand. Keberadaan Museum Wayang Kekayon bisa dikatakan laboratorium dunia wayang. Hal ini dibuktikan dengan koleksi wayang yang berumur ratusan tahun dan nyaris punah keberadaannya.
Selain menampilkan berbagai jenis wayang, terdapat pula koleksi busana dari wayang orang, sketsa senjata dan karakter dalam pewayangan, koleksi topeng, dan juga astrologi wayang. Terdapat pula koleksi busana dari wayang orang, sketsa senjata dan karakter dalam pewayangan, koleksi topeng, dan juga astrologi wayang.
Museum Wayang Kekayon dibuka untuk umum dan bisa dikunjungi pada hari Senin-Jumat pukul 08.30-14.00 dan hari Sabtu pukul 08.30-12.00. Sementara di hari Minggu dan hari libur tutup kecuali ada reservasi terlebih dahulu. Museum Wayang Kekayon juga menerapkan protokol kesehatan bagi para pengunjung.
2. Museum Wayang Beber
 Museum Wayang Beber Foto: Dok. Pemkab Bantul |
Wayang Beber barangkali tak sepopuler wayang kulit. Namun keberadaan Wayang Beber ini konon merupakan tradisi pewayangan yang berusia lebih tua dibanding wayang kulit.
Beber memiliki arti membentangkan lembaran, dari situlah istilah metode penyampaian cerita Wayang Beber dilakukan dengan membentangkan lembaran berisi tokoh pewayangan dan setiap lembaran wayang beberapa berisi tentang satu rangkain cerita. Bagi yang penasaran, di Bantul ada museum yang mengkhususkan koleksinya pada pernak-pernik wayang beber. Bernama Museum Wayang Beber Sekartaji, museum ini berada di Pedukuhan Kanutan Kelurahan Sumbermulyo, Bambanglipuro, Bantul.
Menempati bangunan rumah limasan di museum ini mengoleksi wayang beber yang dilukis pada kain kanvas dari sejumlah seniman di antaranya Hermin Istiariningsih (Mbah Ning), Agus Nuryanto, Dani Iswardana, Seruni Bodjawati dan Indra Suroinggeno yang juga merupakan pengelola museum.
Keberadaan wayang beber ini bisa dijadikan ajang mengenalkan budaya nusantara. Apalagi, jenis wayang ini tidak sepopuler wayang kulit dan wayang orang, sehingga bisa memperluas cakrawala bagi anak-anak dan generasi muda. Wayang ini bisa dikunjungi setiap hari antara pukul 09.00 - 16.00 WIB tanpa dipungut biaya alias gratis.
3. Museum Purbakala Pleret Museum Purbakala Pleret Foto: Dok. Pemkab Bantul |
Museum ini bisa dikatakan saksi keberadaan Kerajaan Mataram Islam. Walau begitu, Museum Purbakala juga mengoleksi benda-benda peradaban Hindu Budha. Setidaknya koleksi yang berada di museum ini sekitar 200 benda bersejarah.
Museum yang terletak di Dusun Kedaton, Desa Plered, Kapanewon Plered ini pengunjung akan menemui sebuah sumur sarat sejarah yakni Sumur Gumuling. Terletak di halaman museum, sumur Gumuling diyakini sebagai peninggalan Keraton Pleret abad 17 M.
Konon di sini adalah bekas Tamansari yang pada masa lalu dijadikan tempat jamasan pusaka. Sebagian masyarakat mempercayai lokasi sumur ini sebagai tempat keramat dan tidak pernah kekeringan meski musim kemarau sekalipun.
Selain sumur Gumuling, di halaman museum juga terdapat sisa bangunan candi seperti Arca Durga Mahisasuramardini dan Arca Ganesha. Selain itu ada pula beberapa fragmen yang menandai keberadaan Keraton Pleret, di antaranya batu bata berukuran besar dengan ketebalan lebih dari 12 cm.
Sementara di dalam bangunan museum, beragam koleksi benda bersejarah dipajang di antaranya berupa ompak (landasan tiang), ornamen bangunan, dan benda bersejarah lainnya. Ratusan benda bersejarah lainnya tersimpan kotak kaca, sehingga pengunjung bisa melihat atau mempelajari koleksi peninggalan Kerajaan Mataram Islam.
Satu di antara koleksi masterpiece atau yang paling terkenal adalah Keris Sabuk Inten Luk 11. Keris yang cukup termasyhur tersebut dipajang sebuah etalase yang dilengkapi dengan semacam diorama modern menampilkan sejarah keris tersebut saat ditemukan.
Museum Purbakala Pleret menerima kunjungan dari hari Sabtu hingga Kamis mulai jam 8 pagi hingga jam 4 sore. Sementara hari Jumat dari jam 8 pagi sampai jam 2.30 dan di hari minggu dan hari libur nasional tutup.
4. Museum Tino Sidin
 Museum Tino Sidin Foto: Dok. Pemkab Bantul |
Anak milenial barangkali tidak banyak yang tahu tentang sosok Tino Sidin. Namun bagi anak yang tumbuh di era 80an, sosok yang akrab dipanggil Pak Tino Sidin begitu melegenda. Setiap hari minggu, sosok yang memiliki ciri khas topi baret dan kacamata itu setia menemani anak-anak belajar menggambar di acara Gemar Menggambar yang disiarkan di TVRI.
Dikenal sebagai pelukis dan guru gambar, karya Tino Sidin begitu banyak dan karena itulah dibuat Museum Tino Sidin demi mengenang sepak terjang dan merawat koleksinya. Menempati bangunan rumah pribadi Pak Tino Museum ini berada di Jalan Tino Sidin 297, Kadipiro, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul. Rumah berlantai tiga ini dijadikan museum memorabilia dan karya Pak Tino, ruang pameran, perpustakaan, dan kelas kesenian.
Saat memasuki kawasan museum, pengunjung langsung dapat melihat patung mendiang Pak Tino Sidin dengan topi khasnya dan alat lukis di tangan. Di lantai pertama, terdapat barang-barang memorabilia Tino Sidin kemeja batik, peci, dan tasbihnya. Ada pula karya-karya bukunya, baik teori menggambar maupun komik.
Bahkan dokumen-dokumen legal seperti tanda terima honor dari TVRI sejumlah tiga ribu rupiah untuk satu episode 'Gemar Menggambar' dan tanda terima bantuan uang dari Soeharto untuk membeli rumah yang sekarang menjadi Taman Tino Sidin. Terdapat pula koleksi foto-foto, kliping media massa, surat-surat pribadi, testimoni, para sahabat dan murid beliau, sertifikat hingga penghargaan yang pernah diterimanya.
Di lantai dua dan tiga, terdapat sekitar tiga puluh lukisan cat minyak dan akrilik menempel di dinding-dinding dengan tema kehidupan sehari-hari dengan gaya yang mendekati realis, tapi jauh dari kesan photographic. Ada pula seratusan sketsa karya Tino Sidin baik berupa sketsa hitam putih maupun berwarna.
Selain itu pengunjung akan menjumpai ruang kelas dan perpustakaan. Setiap Sabtu, Panca Takariyati yang akrab disapa Titik, anak bungsu Pak Tino akan membimbing anak-anak TK dan SD peserta sesi belajar menggambar. Cara pendekatan pengajaran Titik mempertahankan metode Pak Tino yakni menganggap hal terpenting yang patut ditanamkan pada anak-anak adalah kepercayaan diri untuk kreatif.
Sementara, di ruang perpustakaan tersimpan koleksi buku-buku anak-anak dan buku kebudayaan dan tentu saja buku-buka tentang seni lukis. Keberadaan Museum Tino Sidin ini tidak saja cocok bagi para pecinta seni gambar tapi juga pas bagi anak-anak. Di sini pengunjung bisa belajar dan praktek langsung menggembar bahkan berguru langsung ke Pak Tino Sidin.
Namun karena Pak Tino sudah tiada, belajar menggambar itu sebatas melalui layar televisi yang akan diputar oleh pengelola. Meski begitu, proses melukis dan mendengarkan penjelasan Pak Tino tetaplah mengasyikan.
Jam buka museum ini antara jam 09.00-16.00 WIB antara Senin-Sabtu. Namun untuk kedatangan berombongan, disarankan untuk reservasi terlebih dahulu.
Museum-museum tersebut saat ini memang belum menerima kunjungan karena status PPKM yang masih berada di level 4. Namun seiring turunnya trend sebaran covid yang terus menurun, kemungkinan besar DIY akan segera turun ke level 3.
"Jika PPKM turun ke level 3, kemungkinan besar dunia pariwisata di Bantul akan mulai dibuka. Tapi tetap masih dengan pembatasan, misalnya pembatasan jumlah pengunjung. Dan yang pasti harus taat protokol kesehatan dengan menerapkan 5 M," kata Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Bantul. Kwintarto Heru Prabowo, dalam keterangan tertulis, Minggu (5/9/2021).
Untuk mengeksplorasi lebih jauh wisata di Kabupaten Bantul, Kwintarto menyarankan untuk mengunduh aplikasi JELAJAH BANTUL agar bisa memilih obyek masa yang pas untuk dikunjungi.
"Wisatawan bisa juga mengunduh VisitingJogja untuk memudahkan reservasi dan aplikasi QUAT untuk transaksi non tunai demi meminimalisir kontak," imbuhnya.
Simak Video "Celebrity on Vacation: Main ke Rumah Hobbit di Yogyakarta"
[Gambas:Video 20detik]
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol