Seperti telah disinggung sebelumnya, Geylang dianggap sebagai rumah bagi para pekerja migran. Mereka banyak yang berasal dari India, Bangladesh, China dan sejumlah negara tetangga Singapura.
Pekerja migran ini umumnya bekerja sebagai perawat tanaman atau petugas yang membersihkan sampah. Mereka melakukan pekerjaan-pekerjaan ini dengan upah yang rendah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mereka kemudian memilih tinggal di Geylang karena sewa bangunan yang murah. Tempat ini kemudian menjadi lingkungan padat penduduk karena dapat ditemukan satu rumah dengan 3 kamar yang dihuni hingga 60 orang.
Masalah yang dihadapi pekerja migran ini mulai dari perawatan kesehatan yang buruk sampai upah yang terlampau rendah. Hal-hal ini disampai Yinzhou dalam tur wisata.
Yinzhou yang merupakan penduduk Geylang menjelaskan, ia membuat tur ini untuk menunjukkan sisi lain Geylang yang belum banyak orang ketahui. "Sebagai penduduk Geylang, saya ingin mencoba dan menghilangkan prasangka mengenai beberapa stereotipe Geylang," ujarnya.
Baca juga: Beratnya Pulangkan Panda ke Negeri Asal |
"Ini juga merupakan kesempatan besar untuk mengangkat sejumlah masalah dan menyadarkan masyarakat," paparnya.
Di masa pandemi COVID-19, kondisi Geylang juga kian memprihatinkan. Rumah bordil harus ditutup untuk mencegah penyebaran COVID-19. Suasana sunyi pun menyelimuti distrik yang biasanya aktif menjajakan seks di malam hari itu.
Selain mencegah COVID-19, dibangunnya klinik-klinik medis di Geylang juga tak lain untuk memeriksa apakah para perempuan pekerja seks itu hamil atau tidak. Bila ketahuan hamil, ganjarannya adalah dideportasi.
"Negara tidak tertarik untuk menanggung biaya sosial jangka panjang dari para pekerja ini," katanya.
Sementara itu, situasi keamanan di Geylang juga diawasi ketat. Sejak kerusuhan Little India pada 2013, pemerintah memasang 400 kamera keamanan. Pemerintah menganggap daerah ini memiliki potensi kejahatan karena tingginya populasi pekerja migran di sana.
(pin/pin)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!