Ikan Belida, dari Bahan Baku Pempek Jadi Ikan Hias

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Ikan Belida, dari Bahan Baku Pempek Jadi Ikan Hias

bonauli - detikTravel
Senin, 06 Sep 2021 20:26 WIB
Ikan Belida Lopis Jawa
Ikan belida (iStockphoto/Peerasin Aekkathin)
Jakarta -

Ikan belida resmi masuk dalam kategori hewan dilindungi oleh Indonesia. Sebagai bahan baku pempek, ikan ini punya potensi menjadi ikan hias.

Bentuknya unik, pipih dengan lengkungan khas di bagian kepala. Ikan belida atau biasa disebut belido oleh orang Sumatera Selatan.

Bukan hewan endemik, ikan belida yang memiliki nama ilmiah Chitalia tersebar di perairan darat Indonesia. Namun, hanya masyarakat Palembang-lah yang menjadikan belida sebagai maskot. Mulai dari masakan pindang, pempek hingga kerupuk.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ukurannya besar sekitar 68 cm saat dewasa, tekstur dagingnya lembut, sehingga menjadi favorit sebagai bahan baku makanan. Ikan ini mengandung protein dan vitamin tinggi.

Semakin lama, jumlah tangkapan ikan belida kian menurun. Melalui Peraturan Menteri Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Nomor 1 tahun 2021, kini ikan belida masuk dalam kategori yang dilindungi.

ADVERTISEMENT

Mau tak mau, masyarakat Palembang harus mencari ikan pengganti atau alternatif untuk dijadikan dasar makanan olahan tersebut. Ikan gabus dan tenggiri menjadi alternatif yang kini kian digemari.

"Mulai susah juga mencari pempek dari ikan belida. Karena ya itu, ditangkapnya susah," ujar Dr Dina Muthmainnah peneliti Balai Riset Perikanan Perairan Umum dan Penyuluhan Perikanan kepada detikcom.

Kalau sudah mulai langka begini, mengapa tidak dibudidaya?

"Secara biologis fekunditas (kemampuan bereproduksi-red) belida rendah karena telurnya sedikit. Ini berarti butuh induk banyak, biayanya mahal," katanya.

Dalam sekali memijah, telur ikan belida hanya 200-puluhan saja. Matang telurnya pun tidak serempak, tak jarang gagal. Dari sisi ekonomi, budidaya ikan belida tidak menguntungkan.

"Ikan ini karnivor, gaya pakannya tinggi. Makannya ikan dan udang-udang kecil," Dina menambahkan.

Ukuran rata-rata ikan belida betina pertama matang gonad adalah 0.68 m dengan fekunditas berkisar antara 25 hingga 225 butir per induk. Adapun ukuran rata-rata ikan belida jantan matang gonad adalah 0.64 m. Larva ikan belida berumur 25-30 hari telah berubah bentuk menjadi benih dengan ukuran 2,7-0,05 cm.

Untuk meletakkan telurnya, ikan belida memerlukan keberadaan tonggakan kayu dan tanaman air yang menjadi pelindung dan tempat penempelan telur. Pengaruh naungan diduga berpengaruh terhadap pematangan telur.

"Jadi inilah yang menjadi kendala dalam budidaya. Untuk skala kecil dan laboratorium, usaha pembenihan ikan belida sudah berhasil, namun belum diimplementasi untuk dikembangkan besar-besaran," dia menjelaskan.

Menurut Dina, saat ini langkah yang dapat dilakukan untuk melindungi ikan belida adalah dengan penyuluhan. Peran penyuluhan langsung ke nelayan dan masyarakat dianggap yang paling penting.

"Sebenarnya, ikan ini paling menarik untuk ikan hias. Lengkungan kepala dan motif fi badannya yang mengkilap membuat ikan belida menarik. Kalau enggak salah di Singapura sudah dibudidaya untuk ikan hias saja," tuturnya.

Selain adanya over fishing, kelangkaan ikan belida juga dipengaruhi oleh penurunan kualitas air atau degradasi habitat. Sampah, sedimentasi, polusi industri rumahan di pinggir sungai menjadi masalah utama yang harus diselesaikan.

Larangan penangkapan belida diatur dalam Pasal 100 juncto Pasal 7 ayat 2 huruf C Undang-undang RI Nomor 45 tahun 2009, tentang Perubahan Atas UU RI Nomor 31 tahun 2004 tentang Perikanan.

Bagi yang menangkap akan dikenakan pidana denda paling banyak Rp 250 juta. Sedangkan untuk yang pengepul penadah distribusi dikenakan sanksi pasal SIUP yakni, Pasal 92 juncto Pasal 26 ayat 1 tentang Perikanan dengan denda Rp 1,5 miliar.


Hide Ads