Papeda Kuliner Tertua Papua, dari Zaman Prasejarah 3.000 Tahun Lalu

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Papeda Kuliner Tertua Papua, dari Zaman Prasejarah 3.000 Tahun Lalu

Hari Suroto - detikTravel
Rabu, 15 Sep 2021 14:35 WIB
Papeda Papua
Papeda (Foto: Hari Suroto/Istimewa)
Jakarta -

Papeda merupakan kuliner tertua, sudah ada sejak masa prasejarah. Hal ini berdasarkan temuan gerabah dan alat batu tokok sagu di situs arkeologi di kawasan Danau Sentani, Papua.

Papeda dimasak menggunakan wadah gerabah, tradisi gerabah di Papua mulai dikenal sejak masa prasejarah sekitar 3.000 tahun yang lalu. Pengetahuan penggunaan gerabah dan teknologi pembuatan gerabah diperkenalkan oleh orang berbahasa Austronesia.

Sekitar 3.000 tahun yang lalu budaya gerabah ini diperkenalkan di daerah pesisir utara Papua dan pulau-pulau di lepas pantai Papua.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seperti diketahui pohon sagu hanya tumbuh di dataran rendah Papua. Budaya papeda di papua hanya dikenal di daerah pesisir Papua dan pulau-pulau lepas pantai Papua.

Pati sagu menjadi bahan utama pembuatan papeda. Sagu bersama pisang, keladi, kelapa, sukun dan tebu merupakan bahan makanan yang dikonsumsi sejak masa prasejarah di Papua.

ADVERTISEMENT

Di Papua, hingga saat ini, budaya kuliner papeda hanya dikenal di pesisir utara Papua, pesisir Kepala Burung Papua dan pulau-pulau lepas pantai Papua. Papeda tidak dikenal di wilayah pegunungan Papua dan pesisir selatan Papua.

Papeda PapuaPapeda (Foto: Hari Suroto/Istimewa)

Papeda merupakan kuliner khas Papua berbahan pati sagu. Terdapat dua jenis papeda yaitu papeda panas dan papeda bungkus.

Kuliner papeda panas sepintas mirip bubur, pembuatannya yaitu pati sagu diberi perasan air jeruk nipis kemudian disiram dengan air mendidih. Papeda panas dinikmati dengan lauk ikan kuah kuning dan sayur tumisan daun pepaya.

Papeda bungkus, papeda ini dibungkus menggunakan daun fotofe atau forofe (sejenis daun pisang-pisangan).

Pembuatan papeda bungkus yaitu papeda panas diambil secukupnya kemudian dibungkus dalam daun fotofe. Selanjutnya didiamkan beberapa saat hingga papeda menjadi dingin, kemudian baru dapat dinikmati.

***

Artikel ini dibuat oleh Hari Suroto dari Balai Arkeologi Papua dan diubah seperlunya oleh redaksi.




(msl/msl)

Hide Ads