Round Up

Selimut Hidup, Sisi Kelam Puncak dari Puluhan Tahun

Ahmad Masaul Khoiri - detikTravel
Kamis, 16 Sep 2021 05:11 WIB
Jakarta -

Selimut hidup bak bunga liar di kawasan vila-vila Cipanas, Cianjur. Mereka ada sejak puluhan tahun lalu hingga kini dan berkembang mengikuti zaman.

Tim detikcom bertemu dengan Abah Asep (55). Ia adalah perantara persewaan vila yang juga menyediakan 'selimut hidup' dan mantan germo yang pernah jadi 'mamang' dari belasan pekerja seks komersial.

"Ya bagaimana pesenan tamunya saja. Nggak sembarang nawarin. Tamunya biasanya yang minta. Abah cuma nawarin vila-vila saja," kata Asep.

Selimut hidup sudah ada sejak harga kamar vila Rp 10.000

Abah Asep telah puluhan tahun menjual selimut hidup di kawasan Cipanas, Cianjur. Sepengalamannya, ia ingat betul dulu pernah menjual kamar vila seharga Rp 10.000.

Sebagai perantara, Asep juga mendapat komisi dari vila dan selimut hidup yang laku. Tak hanya itu, ia juga mendapat tip dari para pelanggan dan ini pasti diberikan sukarela jika layanannya memuaskan hati.

"Perantara kalau cewek saya dapat 25%. Kalau vila 10%. Kadang-kadang tamunya yang baik ngasih uang tip," terang Asep.

Vila-vila yang dijajakan Asep bervariasi harganya. Ada yang berharga ratusan ribu dan ada pula yang berharga jutaan untuk menginap satu malam.

"Kalau dua kamar Rp 300 ribu kalau empat kamar Rp 500 ribu. Zaman dulu murah, dua kamar Rp 10 ribu. Kalau sekarang Rp 100 ribu nginep per kamar. Ada 300 dan 400-500 ribu, yang 4 kamar bisa sampai satu juta," terang Asep.

Bertemu dengan pelaku selimut hidup

Setelah beberapa kali membuat janji, kami akhirnya bertemu salah satu selimut hidup termuda di Cianjur. Ia bernama Mila, bukan nama sebenarnya.

Ia lulusan SMA dan sempat beberapa kali bekerja di pertokoan hingga akhirnya terjerumus ke dunia selimut hidup.

Begini cerita awalnya. Ia berkisah ihwal dia terjun ke dunia selimut hidup yakni dari permasalahan keluarga dan himpitan ekonomi.

Tarif selimut hidup

Zaman dulu, sekira 30 tahun yang lalu, selimut hidup dipatok dari harga puluhan ribu. Saat ini, tarif mereka mencapai jutaan dan tergantung dari proses tawar-menawarnya.

"Kalau nggak nginep ya Rp 50 ribu dan kalau nginep ya Rp 100 ribu, dulu. Itu pas umur saya 20 tahun," kata Abah Asep yang kini berumur 55 tahun. Ia sudah malang melintang di dunia kelam Puncak ini hampir di seluruh hidupnya.

"Mereka, selimut hidup ini dibooking buat nemenin tidur, nemenin ngobrol," imbuh dia.

"Tergantung sih. Paling, pasaran paling bawah itu sejuta. Selebihnya bisa Rp 3 juta bahkan lebih," kata Mila (19) di lain kesempatan.

Penelusuran tim detikcom, di sekitar Cipanas juga terdapat titik di mana terdapat selimut hidup. Memang, mereka biasanya sudah berumur dan tarifnya pun jauh lebih murah dari Mila.

Aturan berkencan dengan selimut hidup

Selimut hidup yang biasa beroperasi di vila-vila dataran tinggi Cipanas, Cianjur juga memiliki aturan saat berkencan. Ada dua hal yang menjadi larangan utama ketika bertransaksi.

Traveler nakal yang memesan mereka dilarang untuk melakukan kekerasan verbal maupun non verbal buat para selimut hidup. Kedua, tamu juga dilarang keras melakukan dokumentasi.

Selain itu, pelaku juga harus siap-siap digiring polisi. Sebab kepolisian sudah menegaskan bahwa praktek selimut hidup melanggar hukum dan bisa dijerat dengan tindak pidana perdagangan orang.




(msl/ddn)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork