Mantan Pemimpin Kebun Raya Bogor Sikapi Rencana Wisata Malam Cahaya

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Mantan Pemimpin Kebun Raya Bogor Sikapi Rencana Wisata Malam Cahaya

M.Sholihin - detikTravel
Selasa, 28 Sep 2021 15:52 WIB
Kebun Raya Bogor
Foto: Grandyos Zafna/detikcom
Bogor -

5 mantan Kepala Kebun Raya Bogor (KRB) membuat surat terbuka untuk menyikapi rencana wisata malam yang akan digelar di KRB dengan Glow, atau destinasi permainan cahaya dengan pohon sebagai latar belakangnya. Mereka menilai Glow dapat mengganggu kehidupan hewan dan serangga penyerbuk.

Tidak hanya itu, muncul juga petisi penolakan wisata malam dengan Glow di KRB. Petisi itu sudah ditandatangi oleh lebih dari 12 ribu orang pada Selasa (28/9/2021) siang.

Dalam surat terbuka itu, awalnya 5 mantan Kepala KRB berbicara tentang tugas dan fungsi penting kebun raya, yang diantaranya konservasi tumbuhan, penelitian, pendidikan, wisata ilmiah dan jasa lingkungan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ketiga fungsi pertama merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dan menjadi acuan bersama seluruh Kebun Raya di dunia (Jackson, P.W, 1999). Karena itu berbagai kegiatan dan program yang dikembangkan di Kebun Raya Indonesia selalu berpegang pada kelima Tugas dan Fungsi Kebun Raya tersebut, yang sekaligus sebagai Marwah Kebun Raya," katanya dalam surat terbuka yang dibaca detikcom, Selasa (28/9/2021).

Adapun 5 mantan kepala Kebun Raya Indonesia itu yakni, Prof. Dr. Made Sri Prana (1981-198), Prof. Dr. Usep Soetisna (1983-1987), Dr. Ir. Suhirman (1990-1997) Prof. Dr. Dedy Darnaedi (1997-2003) Dr. Irawati (2003-2008). Surat terbuka itu ditujukan kepada Sekretaris Utama - BRIN, Plt. Direktur Kemitraan Riset dan Inovasi-BRIN, Plt. Direktur Pengelolaan Koleksi Ilmiah-BRIN, Plt. Kepala Kantor Pusat Riset Konservasi-BRIN, Direktur Utama Mitra Natura Raya-MNR. Surat ini juga jadi tembusan untuk Kepala BRIN, Wali Kota Bogor dan Ketua DPRD Kota Bogor.

ADVERTISEMENT

Dalam surat terbuka itu disebutkan, Kebun Raya Bogor sudah berumur lebih dari dua abad. Dalam sejarah panjangnya selalu mengedepankan pendekatan ilmiah dan memperhatikan masalah konservasi dan lingkungan. Saat melakukan kegiatan usaha penggalangan dana sekalipun, Kebun Raya tidak silau pada keuntungan sesaat dan selalu memilih green business yang sifatnya enviromentally friendly.

"Rencana GLOW membuat atraksi sinar lampu di waktu malam, berpotensi merubah keheningan malam Kebun Raya. Nyala dan kilau lampu dikhawatirkan akan mengganggu kehidupan hewan dan serangga penyerbuk. Nature Communication melaporkan, penggunaan lampu berlebihan di waktu malam akan mengganggu perilaku dan fisiologi serangga penyerbuk, nokturnal maupun diurnal," katanya.

"Lebih jauh Knop et al (2017), melaporkan bahwa kunjungan polinator berkurang sampai 62% pada komunitas tumbuhan yang diteliti, dan pada tumbuhan tertentu menyebabkan terjadinya penurunan produksi buah sebanyak 13%. Kita belum mengetahui secara pasti kehidupan malam serangga penyerbuk tumbuhan tropika, namun dampak yang sama besar kemungkinan akan terjadi di Kebun Raya," tambahnya.

5 mantan Kepala KRB juga meminta agar Kepala KRB yang kini menjabat, untuk tetap konsisten menjaga Marwah Kebun Raya.

"Dengan demikian, kami sebagai pendahulu yang pernah ikut mengawal, dan mewarnai Kebun Raya berkewajiban menyampaikan hal ini kepada penerus pengelola Kebun Raya yang sekarang mendapat amanah. Apapun pilihannya, apapun kebijakannya, tentu pimpinan yang sedang mengemban amanah yang menentukan sesuai dengan kewenangannya. Namun, kami titipkan untuk tetap konsisten menjaga Marwah Kebun Raya sebagai titipan anak cucu kita," katanya.

Selanjutnya: 4 hal yang jadi dasar keberatan

Dalam surat tersebut, 5 mantan Kepala KRB itu merekomendasi 4 hal. Di antara yakni, meminta KRB dan pihak terkait meninjau kembali rencana destinasi wisata malam dengan Glow.

"Perlunya meninjau kembali rencana GLOW di Kebun Raya, yang pasti akan mengusik keheningan malam Kebun Raya dan mengganggu fungsi serangga polinator dan hewan penyerbuk lainnya. Sebaiknya segera dihentikan pembangunan fisik termasuk pengecoran jalan gico yang akan mengurangi resapan air yang diperlukan oleh tumbuhan, dan untuk usaha mengurangi kontribusi air penyebab banjir di Jakarta," katanya.

5 mantan Kepala KRB juga menilai perlu melakukan evaluasi atas kerja sama yang dilakukan dengan melibatkan unsur lain yang terkait dan memberi perhatian pada kekhususan Kebun Raya. Selain itu tentunya perlu meningkatkan kolaborasi dan sinkronisasi dengan bagian lain yang juga berada di dalam lingkungan Kebun Raya.

Langkah ini dinilai sangat diperlukan mengingat berbagai nilai historis dan fungsi strategis kebun Raya adalah modal penting dalam usaha mengusung Kebun Raya sebagai World Heritage, yang kini sedang dalam proses. Kegiatan kerjasama dengan pihak manapun harus memberi dampak positif pada usaha pengusulan World Heritage tersebut.

"Kami berharap semoga citra baik Kebun Raya yang telah mendunia, sebagai bagian tak terpisahkan dari jejaring Internasional IABG (International Association of Botanic Gardens) dan BGCI (Botanic Gardens Conservation International) tetap terjaga. Perhatian dunia terhadap Kebun Raya di Indonesia sangatlah luar biasa," tutupnya.

Sementara itu, di situs change.org terlihat petisi yang dibuat oleh komunitas peduli KRB itu telah ditandatangani oleh 12.195 orang hingga Selasa (28/9/2021) siang. Jumlah itu nampak terus bertambah mendekati target 15 ribu tandatangan.

Petisi itu berjudul "Selamatkan Kawasan dan Konservasi dan Cagar Budaya Kebun Raya Bogor" itu ditujukan kepada pemegang kebijakan yakni Kepala (Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto.

"STOP GLOW! DUKUNG WHS-KRB! Hentikan wisata malam Glow di Kebun Raya Bogor! Dukung proses penetapan KRB menjadi Situs Warisan Dunia (World Heritage Site/WHS)," tulis pembuat petisi di situs change.org seperti dilihat detikcom, Selasa (28/9/2021).



Simak Video "Video: Aksi Arogansi Wanita Acungkan Jari Tengah Saat Lawan Arah di Puncak"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads