5 mantan Kepala Kebun Raya Bogor (KRB) membuat surat terbuka untuk menyikapi rencana wisata malam yang akan digelar di KRB dengan Glow, atau destinasi permainan cahaya dengan pohon sebagai latar belakangnya. Mereka menilai Glow dapat mengganggu kehidupan hewan dan serangga penyerbuk.
Tidak hanya itu, muncul juga petisi penolakan wisata malam dengan Glow di KRB. Petisi itu sudah ditandatangi oleh lebih dari 12 ribu orang pada Selasa (28/9/2021) siang.
Dalam surat terbuka itu, awalnya 5 mantan Kepala KRB berbicara tentang tugas dan fungsi penting kebun raya, yang diantaranya konservasi tumbuhan, penelitian, pendidikan, wisata ilmiah dan jasa lingkungan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ketiga fungsi pertama merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dan menjadi acuan bersama seluruh Kebun Raya di dunia (Jackson, P.W, 1999). Karena itu berbagai kegiatan dan program yang dikembangkan di Kebun Raya Indonesia selalu berpegang pada kelima Tugas dan Fungsi Kebun Raya tersebut, yang sekaligus sebagai Marwah Kebun Raya," katanya dalam surat terbuka yang dibaca detikcom, Selasa (28/9/2021).
Adapun 5 mantan kepala Kebun Raya Indonesia itu yakni, Prof. Dr. Made Sri Prana (1981-198), Prof. Dr. Usep Soetisna (1983-1987), Dr. Ir. Suhirman (1990-1997) Prof. Dr. Dedy Darnaedi (1997-2003) Dr. Irawati (2003-2008). Surat terbuka itu ditujukan kepada Sekretaris Utama - BRIN, Plt. Direktur Kemitraan Riset dan Inovasi-BRIN, Plt. Direktur Pengelolaan Koleksi Ilmiah-BRIN, Plt. Kepala Kantor Pusat Riset Konservasi-BRIN, Direktur Utama Mitra Natura Raya-MNR. Surat ini juga jadi tembusan untuk Kepala BRIN, Wali Kota Bogor dan Ketua DPRD Kota Bogor.
Dalam surat terbuka itu disebutkan, Kebun Raya Bogor sudah berumur lebih dari dua abad. Dalam sejarah panjangnya selalu mengedepankan pendekatan ilmiah dan memperhatikan masalah konservasi dan lingkungan. Saat melakukan kegiatan usaha penggalangan dana sekalipun, Kebun Raya tidak silau pada keuntungan sesaat dan selalu memilih green business yang sifatnya enviromentally friendly.
"Rencana GLOW membuat atraksi sinar lampu di waktu malam, berpotensi merubah keheningan malam Kebun Raya. Nyala dan kilau lampu dikhawatirkan akan mengganggu kehidupan hewan dan serangga penyerbuk. Nature Communication melaporkan, penggunaan lampu berlebihan di waktu malam akan mengganggu perilaku dan fisiologi serangga penyerbuk, nokturnal maupun diurnal," katanya.
"Lebih jauh Knop et al (2017), melaporkan bahwa kunjungan polinator berkurang sampai 62% pada komunitas tumbuhan yang diteliti, dan pada tumbuhan tertentu menyebabkan terjadinya penurunan produksi buah sebanyak 13%. Kita belum mengetahui secara pasti kehidupan malam serangga penyerbuk tumbuhan tropika, namun dampak yang sama besar kemungkinan akan terjadi di Kebun Raya," tambahnya.
Baca juga: Bertemu 7 Presiden Indonesia di Balai Kirti |
5 mantan Kepala KRB juga meminta agar Kepala KRB yang kini menjabat, untuk tetap konsisten menjaga Marwah Kebun Raya.
"Dengan demikian, kami sebagai pendahulu yang pernah ikut mengawal, dan mewarnai Kebun Raya berkewajiban menyampaikan hal ini kepada penerus pengelola Kebun Raya yang sekarang mendapat amanah. Apapun pilihannya, apapun kebijakannya, tentu pimpinan yang sedang mengemban amanah yang menentukan sesuai dengan kewenangannya. Namun, kami titipkan untuk tetap konsisten menjaga Marwah Kebun Raya sebagai titipan anak cucu kita," katanya.
Selanjutnya: 4 hal yang jadi dasar keberatan
Simak Video "Video: Aksi Arogansi Wanita Acungkan Jari Tengah Saat Lawan Arah di Puncak"
[Gambas:Video 20detik]
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!