Welcome d'travelers !

Ayo share cerita pengalaman dan upload photo album travelingmu di sini. Silakan Daftar atau

ADVERTISEMENT

Kamis, 21 Okt 2021 13:04 WIB

TRAVEL NEWS

Wisatawan Mulai Meluber, Industri Hotel Masih Megap-megap, Saturasi 30-40%

Ilustrasi hotel
Foto: Getty Images/iStockphoto
Jakarta -

Wisatawan mulai mendatangi destinasi wisata setelah ada pelonggaran pembatasan. Namun kondisi industri hotel saat ini masih megap-megap, belum kembali ke performa puncak sebelum pandemi.

Hal tersebut disampaikan Ketua BPD Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DI Yogyakarta Deddy Pranowo Eryono dalam dialog bertema Libur Digeser, Wisatawan Tetap Meluber, di channel Youtube Studio Pro 1 FM 91.1 Mhz RRI Yogyakarta dengan host Prima Hapsari.

Deddy mengatakan okupansi hotel selama libur yang digeser ke Rabu kemarin relatif belum mengalami kelonjakan berarti, masih sekitar 40-60 persen. Kenaikan okupansi justru terjadi pada hari Jumat, Sabtu atau saat weekend. Hotel bintang 3-5 okupansinya bisa mencapai 60-80 persen namun hotel dengan bintang 2 ke bawah hanya mencapai 40 persen.

Pihaknya memperkirakan libur Maulid Nabi kemarin dimanfaatkan banyak masyarakat yang liburan sekali pulang, tidak menginap di hotel.

"Tapi hari rabu kemarin tidak ada pergerakan di destinasi yang mungkin melimpah adalah yang 1 day tour, sehari libur ke tempat wisata malamnya pulang tidak menginap di hotel. Jadi kami bersyukur juga ada kenaikan okupansi tapi kami sampaikan PHRI sampai saat ini kondisinya belum baik-baik saja karena apa? Karena hampir 2 tahun kami mengalami cash flow kami mengalami penurunan cukup tajam bahkan sudah habis. Kalau ilmu kesehatan, saturasi kami tinggal 30-40 persen padahal saturasi yang normal kan 90, kami butuh oksigen," ujarnya.

Oksigen yang diminta perhotelan itu adalah kebijakan pemerintah yang tidak berubah-ubah dan tidak dadakan.

"Kami butuh acuan dari pemerintah yang pasti agar kami mempunyai budgeting planning atau perencanaan yang bisa berlaku 6 bulan bahkan 1 tahun ke depan. Tidak 2-3 minggu, ini bagi kami sulit prediksi yang paling utama kami berharap ekonomi dan kesehatan bisa berjalan beriringan," ujarnya.

Kepala Dinas Pariwisata Kulon Progo Joko Mursito, dalam diskusi tersebut menambahkan pihaknya selalu mengikuti aturan pemerintah pusat dalam menerapkan kebijakan pariwisata. Mengenai banyaknya jumlah wisatawan di destinasi menurut dia adalah sebuah keniscayaan yang perlu disikapi dengan bijak.

"Kebetulan masyarakat sudah melek teknologi informasi, sehingga masyarakat yang datang saya kira sudah baca soal turunnya (PPKM Kulon Progo) level 2, wisata sudah mulai dibuka, ini yang kemudian membuat penambahan konsentrasi kunjungan di destinasi wisata," ujarnya.

Artikel ini berlanjut ke halaman selanjutnya

Kulon Progo yang mengandalkan wisata kuliner di tempat-tempat ngehits kini mempunyai konsep wisata Sambanggo yang bisa diartikan "Sambang Kulon Progo". Gerakan "Sambanggo" bisa juga diartikan "Sambang Monggo" juga bisa dimaknai Sambang Ga(huruf jawa) yakni Gisik, Gawe dan Gunung.

"Sambanggo itu pendekatan budaya, sambang itu nggak boleh berlama-lama, nggak boleh berjubel-jubelan, ganti-gantian. Misalnya ke (Pantai) Trisik beberapa saat, lalu ke Glagah, geser ke Menoreh, sehingga mereka bisa dapat destinasi yang banyak di Kulon Progo," ujarnya.

Selama masa PPKM yang sempat membuat destinasi harus ditutup Pemda Kulon Progo selalu berkoordinasi dengan pengelola wisata. Tempat wisata yang tutup dimanfaatkan pengelola untuk memperbaiki atau menambah fasilitas di tempat wisatanya.



Simak Video "Gempa M 5,2 Guncang Kulon Progo DIY"
[Gambas:Video 20detik]
(ddn/fem)
BERITA TERKAIT
BACA JUGA
Breaking News
×
Rapat Mahfud-DPR soal TPPU
Rapat Mahfud-DPR soal TPPU Selengkapnya