Beberapa waktu lalu cuitan Menteri LHK Siti Nurbaya Bakar terkait pembangunan dan emisi karbon sempat viral. Ia pun menyinggung soal keseimbangan.
Dalam konferensi pertemuan dunia soal iklim di Glasgow, Presiden Joko Widodo bicara perihal upaya Indonesia untuk menjaga alam. Merespons hal itu, Menteri LHK Siti Nurbaya Bakar mencuit komentar yang menjadi polemik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pembangunan besar-besaran era Presiden Jokowi tidak boleh berhenti atas nama emisi karbon atau atas nama deforestasi," cuitnya beberapa waktu lalu.
Banyak orang yang berpendapat, kalau pembangunan menjadi salah satu hal yang berkontribusi pada perubahan iklim. Namun, cuitan Menteri Siti seakan mengaminkan pembangunan tanpa kepedulian pada alam dan lingkungan Indonesia yang berada di bawah kuasa kementeriannya.
Terkait hal itu, Menteri Siti memberikan penjelasannya. Ia menegaskan kembali pesan Presiden Joko Widodo, bahwa setiap pembangunan yang dilakukan pemerintah harus seiring sejalan dengan kebijakan untuk menurunkan deforestasi dan emisi.
"Pesan Presiden sudah jelas. Harus ada keseimbangan. Presiden Jokowi juga menekankan, setiap Kementerian dalam membangun apapun harus memperhatikan lingkungan dan dampaknya. Pesan itu telah direalisasikan dalam langkah kerja lapangan yang dalam beberapa waktu ini terus berlangsung,'' tegas Menteri Siti Nurbaya di Glasgow, Kamis (4/11), seperti dikutip detikTravel dalam siaran persnya.
Dalam kurun waktu 6-7 tahun terakhir, Indonesia secara nyata telah menunjukkan komitmennya dalam bentuk kerja nyata di lapangan terutama dalam menekan angka deforestasi dan penurunan emisi.
Di tahun 2020, angka deforestasi turun drastis hanya tinggal 115,2 ribu ha. Angka deforestasi di tahun ini, menjadi angka deforestasi terendah dalam 20 tahun terakhir.
Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) juga bisa ditekan hingga 82 % di tahun 2020, saat dunia sedang mengalami cuaca esktrem yang mengakibatkan negara seperti Amerika, Kanada, dan lainnya harus mengalami karhutla.
"Kita bersyukur di tahun 2019 dan tahun 2020, Indonesia bisa terhindar dari duet bencana asap karhutla dan corona, mengingat cuaca ekstrem yang sedang melanda dunia," sambungnya.
Selain itu juga dilakukan optimasi lahan tidak produktif, penegakan hukum, restorasi, rehabilitasi hutan untuk pengayaan tanaman dan peningkatan serapan karbon.
"Sejak 2019 Presiden telah meningkatkan penanaman kembali 10 kali lipat, dan pengelolaan hutan lestari," tutup Menteri Siti.
Pengendalian hutan tanaman pada sekitar 14 juta hutan tanaman dengan antara lain metode reduce impact logging serta pengelolaan perhutanan sosial untuk petani kecil. Sampai saat ini, lebih kurang 4,8 juta ha telah didistribusikan akses kepada masyarakat, dan diproyeksikan sampai dengan selesai akan mencapai 12,7 juta ha.
(rdy/ddn)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!