Mengenal Sosok di Balik Hutan Pinus Mangunan Jogja yang Populer

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Mengenal Sosok di Balik Hutan Pinus Mangunan Jogja yang Populer

Pradito Rida Pertana - detikTravel
Sabtu, 16 Okt 2021 18:14 WIB
Purwo Harsono, pengelola Hutan Pinus Mangunan
Purwo Harsono, perintis Hutan Pinus Mangunan (Foto: Pradito Rida Pertana/detikcom)
Bantul -

Seorang pengelola wisata asal Bantul meraih Kalpataru 2021 dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI. Pasalnya di tengah pemanfaatan sebagai objek wisata (obwis), kawasan hutan pinus Mangunan masih sangat terjaga kelestariannya.

Adalah Purwo Harsono, Ketua Koperasi Notowono yang mengelola sejumlah objek wisata di Dlingo ini meraih Kalpataru tahun 2021 untuk kategori perintis lingkungan. Dia bercerita, bahwa awalnya enggan diajukan dalam daftar penerima Kalpataru karena konsekuensinya yang berat.

Namun, pria yang kerap disapa Ipung ini malah memenangkan dan menerima Kalpataru 2021 dari Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar di Jakarta, Kamis (14/10/2021). Semua itu karena pengembangan hutan dari sisi ekonomi pemberdayaan masyarakat, pemeliharaan hutan hingga fungsi sosial.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia menjelaskan, kawasan hutan pinus Mangunan dikembangkan pertama kali pada tahun akhir 2014, yakni di kawasan destinasi wisata Kaki Langit. Lebih lanjut, pada tahun 2015 mulai dibangun kawasan hutan wana wisata hingga akhirnya berkembang sampai saat ini.

"Sampai saat ini ada ratusan warga (sekitar kawasan Mangunan) yang ikut mengelola kawasan wisata hutan pinus Mangunan," ucapnya saat dihubungi wartawan, Sabtu (16/10/2021).

ADVERTISEMENT

Menurutnya, dengan pengembangan hutan menjadi obwis dapat memberikan kesejahteraan bagi masyarakat. Selain itu, dari hasil pengembangan tersebut dapat digunakan untuk menjaga hutan agar tetap lestari.

Hutan Pinus MangunanHutan pinus Mangunan (Foto: Pradito Rida Pertana/detikcom)

"Dan apa yang saya lakukan bukan untuk lomba atau apapun. Karena untuk pendampingan sudah saya lakukan jauh hari sebelum ada penilaian (kalpataru)," katanya.

Pendampingan yang dilakukan, kata Ipung, seperti memberi sosialisasi terkait pentingnya pelestarian hutan di tengah-tengah pemanfaatannya sebagai obwis. Tak hanya itu, Koperasi Notowono juga rutin memberikan bantuan kepada masyarakat sekitar yang membutuhkan.

"Ke depan saya akan sosialisasi kepada masyarakat bagaimana bahaya terhadap penebangan kayu secara liar. Karena kalau di Mangunan itu setiap menebang atau memanen satu kayu harus menanam dua pohon," ujarnya.

Sebelumnya, sebanyak 10 orang/kelompok menerima penghargaan Kalpataru tahun 2021 atas kepeloporannya memelihara dan melestarikan lingkungan hidup dan kehutanan di Indonesia.

Selanjutnya, tentang penghargaan kalpataru >>>

Pemberian penghargaan Kalpataru bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, membuka peluang bagi berkembangnya inovasi, kreativitas, dan prakarsa masyarakat. Selain itu, juga sebagai bentuk apresiasi dan motivasi kepada individu, maupun kelompok yang telah berpartisipasi aktif dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dan kehutanan.

Penghargaan Kalpataru merupakan penghargaan tertinggi di bidang lingkungan hidup dan kehutanan yang telah dianugerahkan sejak 41 tahun lalu, tepatnya dimulai pada tahun 1980.

"Penghargaan Kalpataru merupakan amanah bagi penerimanya, untuk tetap menjaga dan meningkatkan kepeloporan, serta upaya-upaya pemeliharaan dan pengelolaan lingkungan hidup dan kehutanan," kata Menteri LHK Siti Nurbaya Bakar melalui keterangan tertulis kepada wartawan.

Siti melanjutkan, Pemerintah memberikan penghargaan Kalpataru kepada 10 orang/kelompok yang terbagi dalam 4 kategori. Pertama, kata Siti, yaitu 4 orang dari kategori Perintis Lingkungan.

Keempat penerima kategori tersebut adalah Purwo Harsono, S.P. dari Bantul, DIY, Damianus Nadu dari Bengkayang, Kalimantan Barat), Darmawan Denassa dari Gowa, Sulawesi Selatan dan Muh. Yusri dari Mandar, Sulawesi Barat. Sementara 1 (orang) orang dari kategori Pengabdi Lingkungan yaitu Suswaningsih, S.TP dari Gunungkidul, DIY.

Selanjutnya, 3 (tiga) kelompok masyarakat dari kategori Penyelamat Lingkungan, yaitu Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD) Pasar Rawa Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, Forum Pemuda Peduli Karst Citatah (FP2KC) Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat dan Sombori Dive Conservation Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah.

Selanjutnya, 2 orang dari kategori Pembina Lingkungan, yaitu K.H. Zarkasyi Hasbi, Lc. dari Banjar, Kalimantan Selatan dan Suhadak dari Lampung Timur, Lampung.

"Penerima penghargaan Kalpataru adalah tokoh penting dalam bidang lingkungan hidup dan kehutanan. Mereka bukanlah orang sembarangan, mereka adalah champion, sosok yang khusus baik perseorangan maupun kelompok," ujarnya.

Pasalnya, mereka terpilih secara selektif dan ketat, mulai dari seleksi dan rekomendasi di tingkat daerah, verifikasi administrasi dan teknis oleh tim khusus yang terdiri dari berbagai disiplin ilmu. Selanjutnya disidangkan oleh 9 orang Dewan Pertimbangan Penghargaan Kalpataru yang memiliki pengetahuan dan pengalaman luar biasa di bidang lingkungan hidup dan kehutanan.



Simak Video "Video: Ide Oleh-oleh dari Yogyakarta yang Anti Mainstream"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads