Pantai Wana Griya merupakan pantai buatan yang hits di Bogor. Hanya tahukah kamu, sebelum menjadi pantai tempat ini adalah empang lele.
Pantai Wana Griya tentunya berbeda dengan pantai alami. Air di sana bukanlah air laut yang asin melainkan air tawar.
Koordinator Lapangan Wana Griya Imam Supandi bercerita, pada tahun 1999 area yang kini disebut pantai itu adalah empang lele. Sebagaimana diketahui, daerah Cogreg, Parung yang merupakan lokasi Pantai Wana Griya terkenal sebagai penghasil lele.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dulu kita ternak lele tahun 1999. Saat itu saya masih kecil juga. Karena komoditas di Cogreg itu kan terbesarnya lele. Dulu bisa mengirim puluhan ton sehari," kenangnya saat dijumpai detikTravel di lokasi beberapa waktu lalu.
Kemudian pada 2001, area itu difungsikan sebagai kolam pemancingan. Hingga saat ini banyak masyarakat yang masih memancing dan memang diizinkan di Pantai Wana Griya.
![]() |
Belasan tahun kemudian, tepatnya pada 2013, ada seorang pengusaha asal Jakarta yang hendak menjadikan kawasan Wana Griya sebagai tempat liburan pribadi keluarganya.
"Awalnya mau bikin untuk keluarga saja. Tapi masyarakat tahu dan ingin masuk juga. Jadilah Pak Deni (pemilik) berpikir untuk menjadikannya tempat wisata," ujarnya.
Pada tahun 2018, Wana Griya akhirnya dibuka untuk umum. Pandi masih ingat, kala itu pengunjung begitu membeludak. Sampai-sampai rerumputan di sekitar area rusak.
"Karena rumput-rumput rusak, ya sudah diganti saja menjadi pasir. Akhirnya terciptalah Pantai Wana Griya ini," kata dia.
Ketika awal dibuka, pengunjung hanya dikenakan tarif masuk Rp 2.500. Akan tetapi karena tidak kondusif, tarif kemudian dinaikkan per Juli 2021 menjadi Rp 7.500 per orang.
"Kita nggak mau naik tinggi-tinggi. Tujuan utama kita itu untuk menengah ke bawah. Jadi, dengan dia punya uang Rp 200 ribu, sudah bisa masuk ke Wana Griya, bisa makan, dan bermain dengan keluarga," pungkasnya.
Untuk menjaga eksistensi pantai ini, pengelola rutin untuk menambahkan pasir pantai yang dibeli dari Jakarta. Pandi menjelaskan, ketika musim hujan, banyak pasir yang hanyut sehingga perlu ditambah secara rutin.
"Kalau musim hujan sering pasir terbawa air, jadi kita datangkan pasir lagi. Kalau untuk seluas ini, biasanya butuh pasir sebanyak satu mobil tronton yang volumenya 25 kubik," katanya.
Selain itu, pengelola juga menambahkan kelomang supaya nuansa pantai lebih terasa. Sayangnya di sana masih jarang ditemukan pohon, sehingga bila siang hari sinar matahari terasa begitu terik.
(pin/rdy)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!