Kengerian Gletser Greenland Terus Mencair, Banjir Global Mengancam

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Kengerian Gletser Greenland Terus Mencair, Banjir Global Mengancam

CNN Indonesia - detikTravel
Minggu, 14 Nov 2021 16:11 WIB
KANGERLUSSUAQ, GREENLAND - SEPTEMBER 09:  A tourist photographs near meltwater running past the retreating Russell Glacier on September 09, 2021 near Kangerlussuaq, Greenland. 2021 will mark one of the biggest ice melt years for Greenland in recorded history. Researchers from Denmark estimated that in July of this year enough ice melted on the Greenland Ice Sheet to cover the entire state of Florida with two inches of water. According to NASA, 5 trillion tons of ice have melted in Greenland over approximately the past 15 years, enough to increase global sea level by nearly an inch. The observations come on the heels of the recent United Nations report on global warming which stated that accelerating climate change is driving an increase in extreme weather events. (Photo by Mario Tama/Getty Images)
Greenland (Foto: Getty Images/Mario Tama)
Jakarta -

Gletser atau es abadi di Greenland terus mencair. Efek dari kejadian ini adalah ancaman banjir dalam skala global.

Melansir CNN Indonesia, pemanasan global berkali-kali disebut menjadi dalang mencairnya es secara ekstrem di Greenland. Hal tersebut terus meningkatkan risiko banjir global.

Menurut sebuah penelitian yang dipimpin oleh para peneliti di University of Leeds, dalam satu dekade terakhir sebanyak 3,5 triliun ton es mencair dari permukaan pulau, dan mengalir ke laut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pencairan dengan jumlah tersebut dinilai cukup untuk menggenangi seluruh daratan Inggris setinggi 13 meter.

Dalam penelitian ini, kali pertama ilmuwan menggunakan data dari satelit untuk mendeteksi fenomena pencairan es dari luar angkasa, yang dikenal sebagai limpasan lapisan es.

ADVERTISEMENT

Temuan yang dipublikasikan di Jurnal Nature Communicarions mengungkap bahwa limpahan air dari lelehan Greenland meningkat 21 persen selama empat dekade terakhir.

Thomas Slater yang juga peneliti di Pusat Pengamatan dan Pemodelan Kutub Leeds mengatakan Greenland rentan terhadap peningkatan cuaca ekstrem.

"Seperti yang telah kita lihat dengan bagian lain dunia, Greenland juga rentan terhadap peningkatan peristiwa cuaca ekstrem," ujar Slater dikutip Science Direct.

Ia mengatakan saat iklim menghangat, hal yang sangat masuk akal jika terjadinya pencairan ekstrem di Greenland, bahkan disebut akan sering terjadi.

Pengamatan ini menjadi langkah penting untuk membantu manusia meningkatkan model iklim dan memprediksi langkah yang baik pada abad ini.

Penelitian menunjukkan bahwa selama satu dekade dari 2011 hingga 2020, peningkatan limpahan air lelehan dari Greenland menaikkan permukaan laut secara global satu sentimeter.

Sepertiga dari total pencairan es meningkat pada saat musim panas yang ekstrem, pada 2012 dan 2019. Ketika itu cuaca ekstrem menyebabkan tingkat pencairan es yang memecahkan rekor dalam 40 tahun terakhir.

Naiknya permukaan air laut yang disebabkan oleh pencairan es meningkatkan risiko terjadinya banjir di pesisir seluruh dunia, dan mengganggu ekosistem laut di Samudra Arktik yang diandalkan untuk mencari sumber makanan.

Slater mengatakan meski adanya risiko tersebut, masih ada cara yang bisa dilakukan yaitu memenuhi target untuk mengurangi emisi. Hal itu disebut Slater dapat mengurangi penyusutan es di Greenland hingga tiga kali lipat.

"Masih ada waktu untuk mencapainya," ungkapnya.

Amber Leeson, dosen senior dalam ilmu data lingkungan di Universitas Lancaster, mengatakan berdasarkan pemodelan menunjukkan bahwa lapisan es Greenland akan berkontribusi antara 3 sampai 23 sentimeter terhadap kenaikan permukaan laut global pada tahun 2100.

"Prediksi ini memiliki jangkauan yang luas, sebagian karena ketidakpastian yang terkait dengan simulasi proses pencairan es yang kompleks, termasuk yang terkait dengan cuaca ekstrem," kata Leeson seperti dikutip Yahoo News.




(msl/msl)

Hide Ads