Papua tak cuma punya keindahan alam, tapi juga situs megalitikum. Situs ini bakal tampil dalam Borobudur Writers & Cultural Festival (BWCF) 2021.
Situs Megalitik Tutari berada di Kampung Doyo Lama, Distrik Waibu, Kabupaten Jayapura. Tema umum dalam BWCF 2021 yaitu Membaca Ulang Claire Holt Estetika Nusantara Kontinuitas dan Perubahannya.
BWCF akan berlangsung pada 18 - 21 November 2021. Untuk tahun ini BWCF memasuki tahun kesepuluh. BWCF 2021 dikemas dalam bentuk virtual festival.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Situs Megalitikum Tutari akan ditampilkan dalam ceramah umum webinar BWCF 2021, dengan judul Pelestarian Motif Megalitik Tutari dalam Konsep SDGs (Sustainable Development Goals) atau tujuan pembangunan berkelanjutan.
Motif Megalitikum Tutari harus dilestarikan, salah satu caranya adalah menghidupkannya kembali pada seni Sentani masa kini termasuk pada gerabah Abar, lukisan kulit kayu Asei, ukiran kayu, serta seni kontemporer lainnya.
Selain dilestarikan, situs ini juga harus bermanfaat pada kesejahteraan masyarakat sekitar situs, dalam hal ini masyarakat yang tinggal di Danau Sentani. Motif Megalitik Tutari harus meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Harapannya situs ini dapat dijadikan sebagai inspirasi seni bagi para seniman, penulis, sastrawan, fotografer, youtuber, blogger, pelukis dalam karya kreatif mereka. Misalnya video pendek, cerpen, novel, tulisan populer, spot foto untuk prewedding, desain sablon kaos, motif batik khas, dan sebagainya.
Situs Megalitik Tutari sebagai destinasi wisata sudah dikenal sejak 1973. Situs ini sudah tercantum dalam Lonely Planet, buku panduan perjalanan dan penerbit media digital terbesar di dunia.
Lonely Planet menjadi referensi bagi para turis baik yang big-budget maupun berbujet terbatas (low-budget, backpacker). Lonely Planet selain terbit dalam edisi bahasa Inggris juga diterbitkan dalam bahasa Perancis.
Situs Megalitik Tutari telah ditetapkan sebagai cagar budaya dengan nomor Regnas CB 499, nomor SK penetapan PM. 21/PW.007/MKP/2007 tanggal SK 26 Maret 2007.
***
Artikel ini merupakan kiriman Hari Suroto, Peneliti Balai Arkeologi Papua. Artikel sudah disunting untuk keperluan redaksi.
(bnl/bnl)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!