Tur melihat lumba-lumba di Pantai Lovina sepi selama pandemi COVID-19. Biasanya, tur ini paling diminati turis asal China.
Salah satu penyedia jasa tur melihat lumba-lumba bernama Komang Rediasa mengungkapkan kepada detikcom bahwa situasi pandemi ini begitu menyulitkan pelaku wisata Pantai Lovina. Dengan pembatasan mobilitas, sangat jarang turis yang datang ke sana.
"Sebelum pandemi ya lumayan ramai. Pemasukan juga lumayan. Nelayan-nelayan di sini semua menjalankan tur melihat lumba-lumba," katanya.
"Kalau sekarang (pandemi) sekali jalan saja sudah bersyukur. Paling dua minggu sekali, kadang sebulan sekali jalan," dia menambahkan.
Di Pantai Lovina sendiri, ada sekitar 40 kapal yang menjalankan tur tersebut. Kapal-kapal ini merupakan milik nelayan yang digunakan pula untuk melaut.
Karena tak ada turis, Komang mengatakan banyak nelayan yang akhirnya kembali menangkap ikan. Tapi hasilnya tak sepadan dengan menjalankan tur melihat lumba-lumba di mana mereka mendapatkan pemasukan sekitar Rp 700 ribu untuk sekali jalan.
"Nggak tentu untuk hasil tangkapan. Kalau bagus ya dapat, kalau sekarang musimnya ikan nggak terlalu banyak. Paling banyak bulan April," ujar Komang.
Sebelum pandemi, pelanggan tur melihat lumba-lumba mayoritas adalah wisatawan asing. Mereka kebanyakan berasal dari Eropa dan China.
"Kalau sebelum pandemi itu banyak tamu dari China. Waktu itu penuh, itu parkiran mobil penuh," kenangnya.
Namun kini, mereka lebih banyak kedatangan turis domestik. Komang dan kawan-kawannya bekerjasama dengan hotel untuk menawarkan paket perjalanan melihat lumba-lumba.
detikcom dalam Ekspedisi 3.000 Kilometer bersama Wuling juga sempat mengikuti tur tersebut. Kala itu di awal Oktober 2021, suasana lumayan ramai.
Ada belasan kapal yang berangkat melihat lumba-lumba. Akan tetapi benar kata Komang, kebanyakan adalah wisatawan domestik.
Simak Video "'Berburu' Lumba-lumba di Laut Bali Utara"
(pin/fem)