Hamparan sawah di Vietnam rindu wisatawan. Pandemi virus Corona membuat sawah-sawah tersebut tak disambangi turis cukup lama.
Saat matahari pagi menembus kabut di atas sawah bertingkat di Vietnam, petani membawa kerbau. Kini, hari-hari mereka tak seperti sebelum wabah, tanpa turis di kampung mereka yang berbukit.
Terletak 300 km barat laut Hanoi, Distrik Mu Cang Chai di Provinsi Yen Bai utara telah menjadi destinasi wisata populer dengan turis asing dan lokal sebelum pandemi virus Corona.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Teras sawah spektakuler, yang terletak hingga 1.000 meter di atas permukaan laut, sebagian besar milik Hmong, kelompok minoritas yang justru membentuk sebagian besar penduduk daerah tersebut.
Wanita Hmong pernah menyewakan kostum tradisional mereka yang berwarna-warni kepada pengunjung. Adapun, warga pria menghasilkan hingga USD 30 (Rp 430 ribu) sehari dengan mengantar mereka ke jalan kecil berlumpur melewati perbukitan.
View sawah paling indah pada bulan September dan Oktober. Di periode itu, padi berubah menjadi kuning mengkilap.
"Kami dulu mendapatkan banyak turis," kata petani Lo Thi Loan kepada AFP.
"Tapi, tahun ini semua sawah kosong... karena pembatasan pergerakan virus," dia menambahkan.
"Satu-satunya keinginan kami sekarang setelah virus itu hilang dan kami dapat melanjutkan kehidupan normal kami," kata dia lagi.
Vietnam baru-baru ini mulai membuka kembali gerbang pariwisatanya bagi turis mancanegara, dan beberapa pengunjung internasional tiba awal bulan ini di resor pulau Phu Quoc dan di kawasan wisata lainnya lebih jauh ke selatan.
Tetapi tidak jelas kapan negara itu akan dibuka sepenuhnya, karena terus berjuang melawan wabah Covid-19 yang serius.
(fem/fem)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!