Hilangnya kunjungan turis membuat pariwisata menangis. Salah satunya adalah Gili Meno, pulau kecil yang hidup dari turis.
Gili Trawangan, Gili Meno dan Gili Air, pulau-pulau ini menjadi jaya karena letaknya yang berada dekat dengan Pulau Bali. Turis-turis yang berada di Bali, kebanyakan mampir ke Gili sebagai tanda resminya kunjungan ke Lombok.
Tak bisa dipungkiri, keindahan dari tiga pulau ini memang boleh diadu. Air lautnya yang sebening kaca, pasir putih yang menggoda dan bawah lautnya yang bagai surga, sudah cukup untuk membuat turis mabuk kepayang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
detikTravel bersama Toyota Corolla Cross Hybrid Road Trip Explore Mandalika menjelajahi Gili Meno baru-baru ini. Suasananya begitu sunyi dan sepi.
![]() |
Imbas dari gempa di bulan Agustus dan pandemi masih juga membuat pulau ini nestapa. Apalagi para pelaku usaha.
detikTravel mewawancarai pemilik salah satu homestay, Mustafa. Dirinya pemilik dari Diana Bungalow dan Cottage.
"Tamu sepi sejak bulan Maret," keluhnya.
Totalnya ada 7 bungalow dan cottage yang dioperasikan. Harganya Rp 500 ribu per kamar. Namun kini hanya da satu saja yang tersedia. Harganya pun terjun payung hingga Rp 150 ribu saja per kamar.
"Hanya satu kamar sekarang, itu pun sistemnya bagi hasil," ucapnya.
Hasil dari kamar tersebut akan dibagi kepada karyawannya. Rasanya betul-betul menyiksa.
![]() |
Biasanya turis yang datang ke sini berasal dari Prancis, Italia, Jerman, Yunani dan Inggris. Owner dari pemilik usaha di Gili Meno memang kebanyakan berkebangsaan Inggris dan Italia.
Meski tak ada turis, Mustafa tetap membuka kamar dan restorannya. Meski tak ada tamu yang menginap, namun wisatawan domestik masih menyempatkan diri menyambangi Gili Meno.
Satu dua wisatawan lokal datang untuk sekedar minum atau menyewa alat snorkel. Kalau biasanya harga satu set snorkel bisa Rp 100 ribuan, kini satu masker hanya Rp 30 ribu.
Mustafa mencurahkan isi hatinya. Dirinya terus memantau perkembangan pembukaan perbatasan internasional di Indonesia.
"Inginnya karantina untuk turis itu satu hari saja. Mereka kan sudah dikarantina sebelum berangkat, jadi di sini tak perlu lagi," katanya.
Untungnya, event WSBK di Sirkuit Mandalika membawa sedikit harapan. Sehingga, ada peningkatan sampai 15 persen. Meski demikian, pemasukannya masih tetap defisit.
"Yah, tapi itu untuk bayar pajak juga enggak bisa," tutupnya.
(bnl/rdy)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol