Pengelola Teras Kaca Pantai Nguluran, Kalurahan Girikarto, Kapanewon Panggang, Kabupaten Gunungkidul memastikan wahana baru, yakni 'Ngopi in The Sky', aman meski menggunakan crane untuk mengangkatnya. Pengelola menggunakan double slink yang masing-masing slink mampu mengangkat beban 4 ton.
"Crane kita itu dilengkapi double safety, kaca kami (atap) yang di atas pakai dua slink. Jadi, kalau satu putus otomatis masih menggantung," kata CEO Teras Kaca Nur Nasution kepada detikcom, Selasa (4/1/2022).
Nur juga telah memperhitungkan kapasitas maksimal beban tiap slink, yakni mencapai 2 ton. Adapun, kapasitas maksimal penumpang gondola ngopi in the sky itu hanya 3,5 ton.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi satu slink untuk 2 ton dan dikalikan dua jadi 4 ton. Nah, 4 ton dikalikan empat tiang untuk 16 ton," kata dia.
Selain itu, 20 kursi penumpang, yang terpasang di gondola, dilengkapi pengaman berupa sabuk pengaman tiga titik di tiap kursi.
"Padahal, kapasitas penumpang maksimal cuma 3,5 ton. Jadi, 16 ton dikurangi 3,5 ton kan sisa 12,5 ton, ya. Karena itu bisa dikatakan aman," ujar Nur.
Selain itu, pengelola tidak akan mengoperasikan wahana Ngopi in the Sky apabila cuaca buruk. Sehingga, Nur meminta masyarakat agar tidak perlu khawatir dalam mencoba wahana tersebut.
"Kalau angin besar kita tidak jalan (mengoperasikan Ngopi in the Sky), hujan deras juga tidak karena antisipasi petir," kata dia.
Nur menjamin keamanan dengan mengecek kondisi tali maupun crane setiap hari. Pengunjung juga diwajibkan untuk tetap mengenakan sabuk pengaman tiga titik di setiap kursi.
"Secara berkala akan kami periksa, seperti di teras kaca itu kan setiap tiga bulan kita ganti talinya," ujarnya.
Nur mengklaim inovasi itu menjadi yang pertama di Indonesia. Idenya, terinspirasi tempat ngopi yang ada di luar negeri. Terlebih, Teras Kaca memiliki pemandangan yang indah dan cocok untuk merealisasikan ide tersebut.
"Ini pertama di Indonesia. Kami sebut Ngopi in the Sky atau ngopi di atas awan dan ini memang dibuat khusus di Gunungkidul," kata dia.
Nur memilih gondola berbentuk limasan. Nantinya, gondola tersebut diangkat menggunakan crane agar berada di ketinggian.
"Gondola dilengkapi kursi sebanyak 20 buah yang memutari meja dan di tengahnya ada ruang kosong untuk kru dan penyaji," katanya.
Kemudian, saat mencapai ketinggian puncak sekitar 30 sampai 40 meter gondola dihentikan. Pada saat ini, pramusaji memberikan minuman pembuka dan crane lalu diputar ke sisi selatan lalu makanan dan minuman utama disajikan.
"Minuman inti serta biskuit disiapkan dalam nampan kecil. Nantinya, pengunjung bebas memilih, kopi hitam, latte atau teh," ujarnya.
Setelah puas menikmati minuman dan berfoto di ketinggian selama sekitar 20 hingga 30 menit, selanjutnya pelan-pelan gondola diturunkan.
(elk/fem)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!