WNA Protes Hotel Karantina Tidak Layak, Ini Respons PHRI

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

WNA Protes Hotel Karantina Tidak Layak, Ini Respons PHRI

Tim detikcom - detikTravel
Senin, 10 Jan 2022 20:34 WIB
Ilustrasi hotel
Foto: Ilustrasi hotel (Thinkstock)
Jakarta -

WNA asal AS, Matthew J Martin mengeluh soal kondisi hotel karantina yang tidak layak. Sekjen Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Maulana Yusran merespons hal tersebut. Dia mengatakan hotel yang dikeluhkan adalah hotel isolasi.

Seorang WN Amerika Serikat, Matthew J Martin mengeluh soal kondisi hotel tempatnya karantina setiba di Indonesia. Hotel itu disebutnya kotor, berdebu, banyak noda, tidak ada air panas, hingga aneka keluhan lainnya.

Padahal Matthew sudah membayar hingga Rp 13,5 juta dari kantongnya sendiri untuk hotel karantina itu. Matthew sendiri dikarantina bersama dengan putranya setelah dinyatakan positif COVID-19 saat tiba di Indonesia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sekjen Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Maulana Yusran meluruskan tentang permasalahan tersebut. Yusran menyebut hotel tempat Matthew menginap adalah hotel isolasi bukan hotel karantina.

ADVERTISEMENT

"Itu hotel isolasi, bukan hotel karantina. Berbeda mas. Kalau hotel isolasi dia benar-benar tidak menerima tamu lain. Kalau hotel karantina masih bisa terima tamu biasa," ungkap Yusran ketika dihubungi detikTravel, Senin (10/1/2022).

Yusran mengakui ada keterbatasan tentang pilihan hotel tempat Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN). Karena tidak semua hotel bersedia menjadi tempat isolasi bagi mereka yang positif COVID-19. Soal fasilitas yang kurang, pihaknya akan mengevaluasi dan memberi teguran kepada hotel terkait.

"Untuk hotel isolasi memang kami akui ada keterbatasan. Ini yang kita evaluasi dan akan perbaiki ke depannya," imbuh Yusran.

Soal protes Matthew yang menyebut ada kebijakan yang melarang untuk mempublikasikan nama hotel tersebut di media sosial, Yusran mengatakan kebijakan itu memang internal masing-masing hotel.

"Itu kebijakan dikembalikan ke hotel masing-masing. Setiap hotel berbeda. Kita lihat dulu publikasinya seperti apa," tutup Yusran.




(wsw/ddn)

Hide Ads