Pandemi tak henti-hentinya memberi duka bagi pariwisata. Tak terkecuali para pemandu kuda wisata di Gunung Bromo.
detikTravel bersama Toyota Corolla Cross Hybrid Road Trip Explore Mandalika melakukan perjalanan ke Gunung Bromo Tengger Semeru. Lewat pintu dari Kota Malang, Gunung Bromo menyuguhkan pemandangan yang tak kalah indah.
Subianto, seorang pemandu kuda wisata di Gunung Bromo bercerita tentang pandemi yang mendera. Selama pandemi, area Gunung Bromo sempat tutup.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya berasal dari Desa Ngadas, Ranupani," ujarnya.
Pekerjaan yang sudah ditekuni selama 9 tahun harus ditinggalkan. Dirinya harus rela menjadi kuli pacul di sawah.
![]() |
Kudanya diberi nama Bejo. Bejo sudah berumur 7 tahun, dibelinya pada usia 4 tahun. Subianto mengaku melatih kuda sendiri.
"Pintu dari Malang mulai buka dari tanggal 1 November 2021, semenjak PPKM pendapatan berkurang," jelasnya.
Biasanya ada sekitar 3.000 wisatawan yang datang per hari. Tapi sesudah pandemi, pendapatannya hanya sekiatr Rp 50-100 ribu per hari. Kadang tak dapat sama sekali.
Biaya naik kuda sekitar Rp 10-20 ribu untuk berfoto. Kalau berkeliling bisa langsung ditawar dengan sang pemandu.
![]() |
Selama pandemi, Bejo tetap diberi makan rutin. Biaya makannya Rp 20 ribu untuk membeli dedak dan rumput. Bahkan tiap pagi, kudanya sudah dimandikan. Harga sampo si Bejo Rp 1.000 sehari.
"Sekitar jam 5.30 WIB berangkat ke sini," katanya.
Subianto akan berkeliling Bukit Teletabies untuk mencari wisatawan. Setelah itu sore, dirinya akan kembali pulang.
"Ngikutin wisatawan saja, kalau wisatawan pulang ya saya pulang," ujarnya.
"Jangan ditutup lagi, karena jadi lumpuh. Ini alasannya perut," tuturnya.
(bnl/rdy)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol