Wisatawan yang ingin naik ke Candi Borobudur kini wajib menggunakan sandal upanat. Inilah bentuk sandal upanat yang terbuat dari mendong atau pandan.
Salah satu pembuat sandal upanat yakni Basiyo (57), warga Dusun Bumisegoro, Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Dia sebelum membuat sandal upanat yang diperuntukkan khusus bagi pengunjung naik candi mengikuti pelatihan dari Balai Konservasi Borobudur (BKB).
Saat ditemui di rumahnya, Basiyo tengah membuat sandal upanat. Sandal ini dengan alas dari mendong atau pandan yang dilapisi sponge epa. Terus untuk bagian jepitan menggunakan batok kelapa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Untuk produksi dalam sehari mampu menghasilkan 2 kodi atau 40 sandal. Sandal upanat yang dibuat ini nantinya akan digunakan wisatawan yang naik candi. Kemudian sandal ini aman untuk menginjak bebatuan.
"Tahun 2018 saya diundang Balai Konservasi Borobudur (BKB) untuk FGD soal penyelamatan Candi Borobudur. Kemudian supaya nggak keropos kaki-kaki candi. Dari situ muncul gagasan untuk memakai sandal untuk naik Candi Borobudur. Kemudian dari BKB mengadakan lomba desain sandal seperti ini, sandal upanat," kata Basiyo saat ditemui di sela-sela membuat sandal upanat di rumahnya, Selasa (18/1/2022).
Menurut Basiyo, sandal upanat tersebut berada di relief nomor 150 karmawibhangga. Nantinya pengunjung yang naik candi wajib memakai sandal tersebut.
"Kami sebagai perajin berharap segera terealisasi program sandal untuk naik Candi Borobudur. Ini dari bahan memanfaatkan yang ada di lingkungan sekitar sini. Pandan, ini ada di sekitar bukit Menoreh sini. Kemudian ada batok kelapa di sekitar sini juga banyak," tuturnya.
Sandal ini, kata Basiyo, kalau dipakai tidak mudah capek, kemudian juga ramah lingkungan. Untuk sepasang sandal upanat ini harganya Rp35.000.
"Kalau saya dengar-dengar nanti rencananya itu nanti akan include dengan harga tiket. Kalau yang tidak naik Candi mungkin tidak wajib pakai sandal ketika naik Candi Borobudur," tuturnya.
Selanjutnya: Tanggapan Balai Konservasi Borobudur
"Kita sudah mempunyai grafik sejak 34 tahun yang lalu bahwa keausan (lantai candi) itu meningkat. Setiap tahun meningkat meskipun tidak terlalu besar, tapi grafiknya naik," ujar Wiwit.
Menurut Wiwit, dengan adanya kebijakan pemerintah pengunjung akan dihadirkan lebih banyak karena Borobudur menjadi destinasi pariwisata super prioritas. Terkait hal tersebut dengan alasan untuk pelestarian perlu dilakukan pembatasan.
"Kami melanjutkan kajian yang terdahulu, ini kalau tidak kita batasi pengunjungnya pasti tingkat kerusakan meningkat. Kemudian kita membuat perhitungan visitor carrying capacity. Nah dari perhitungan itu dari undak, selasar, lorong 1,2,3,4,5, sampai stupa atas itu ketemu angka 1.259 ideal pengunjung dalam sehari yang naik. Kemudian kita tetapkan angka itu sebagai jumlah batasan pengunjung," katanya.
"Kemudian dengan dibatasi pengunjung yang naik ke struktur hanya 1.000, kita memikirkan gimana caranya untuk meminimalisir pasir itu terbawa alas kaki. Karena yang membuat aus itu pasir. Akhirnya sandal yang dulu pernah kita kaji dan workshop diangkat kembali melalui sayembara.
Terakhir kali kita angkat lagi kajian itu fokuskan sampai tingkat kenyamanan dan tingkat keamanan serta juga kalau bisa sandal itu sebagai suvenir," ujarnya.
Wiwit menjelaskan, memilih upanat karena ada di relief karmawibhangga nomor panel 150. Dimana di relief tersebut ada persembahan alas kaki yang bentuknya seperti upanat.
"Kita tetapkan bentuknya seperti upanat yang ada di candi, bahannya diambil dari yang ada di kawasan Borobudur. Mendong sama pandan.Sandal ini yang akan dipakai saat berkunjung ke Candi Borobudur.
Sandal ini tujuannya memang untuk melestarikan batu candi, bukan hanya sekadar suvenir," pungkasnya.
Simak Video "Video: 36 Biksu Thudong yang Jalan Kaki dari Thailand Telah Sampai di Borobudur"
[Gambas:Video 20detik]
(rdy/rdy)
Komentar Terbanyak
Prabowo Mau Borong 50 Boeing 777, Berapa Harga per Unit?
Skandal 'Miss Golf' Gemparkan Thailand, Biksu-biksu Diperas Pakai Video Seks
Prabowo Mau Beli 50 Pesawat Boeing dari AS, Garuda Ngaku Butuh 120 Unit