Rencana relokasi pedagang kaki lima (PKL) Malioboro menjadi pro dan kontra di kalangan wisatawan. Ada sisi positif dan negatifnya.
Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X menitahkan agar PKL Malioboro dipindahkan secepatnya. Pemda DIY bersama Pemkot Yogyakarta menargetkan relokasi PKL di Malioboro rampung awal Februari.
Instruksi itu memicu keresahan di kalangan PKL Malioboro. Mereka berharap agar relokasi diundur.
"Semua usaha sudah kami tempuh. Audiensi dengan Sekda (Sekretaris Daerah) DIY, DPRD, semuanya. Ya saat ini tidak ada pilihan lain selain pasrah," kata Ketua Paguyuban PKL Tri Dharma Rudiarto tengah pekan lalu.
Rudi berharap nantinya Pemda DIY maupun Pemkot Yogyakarta tak lepas tangan usai relokasi. Terutama, tanggung jawab untuk tetap meramaikan lokasi yang baru.
"Mudah-mudahan tetap ramai. Pemerintah tetap turun tanganlah kalau suasana nanti tidak sesuai harapan," katanya.
Sementara itu, wisatawan menilai rencana relokasi PKL Malioboro itu memiliki sisi positif dan negatif. Mereka yang setuju dengan rencana pemerintah DIY menilai Malioboro bakal lebih sip tanpa PKL, namun ada pula yang berpendapat Malioboro akan kehilangan kekhasannya.
"Belum tahu (kalau ada relokasi). Kalau semua (PKL) pindah, buat apa nongkrong di Malioboro. Nongkrong di sini karena dekat beli makanan dan minuman," kata wisatawan asal Ciamis, Jawa Barat, Jaka (30).
Jaka bilang sudah lebih dari tiga kali mengunjungi Malioboro. Karena banyak PKL itulah Malioboro menjadi tempat nongkrong yang berbeda dibandingkan tempat wisata lain.
"Mau beli minuman tinggal bilang di belakang," kata dia.
Sementara itu, wisatawan asal Ciamis lainnya, Rani (26) mengatakan, di daerahnya juga ada tempat nongkrong serupa dengan Malioboro. Juga ada PKL di pinggir jalan yang menjual aneka makanan dan minuman.
"Ada juga di Ciamis, tapi tetap ada PKL," ujar dia.
Warga lokal di DIY, Ndaru (26), menyebut jika berkaca kepada pengalamannya selama ini wisatawan justru datang ke Malioboro karena salah satu alasannya ada deretan PKL.
"Ya selama ini selalu ada PKL. Belum tahu besok kalau tidak ada PKL suasananya bagaimana. Kalau sekarang nyaman-nyaman saja. Buktinya banyak tamu yang tertarik ke sini," kata Ndaru.
Berbeda dengan warga lokal DIY lain, Rizki (25). Dia sangat untuk menikmati suasana Malioboro tanpa hiruk pikuk aktivitas PKL.
"Bisa lebih syahdu mungkin. Tapi, bisa juga tidak hidup, karena dengan adanya PKL memang seperti ada keinginan untuk sekedar berhenti duduk-duduk," kata warga Bantul ini.
Rizki berharap relokasi PKL ini tidak merugikan salah satu pihak. Semua pihak, baik PKL dan wisatawan tetap bisa mendapatkan berkah dari Malioboro.
"Wisatawan mau healing bisa menikmati Malioboro. PKL pindah juga bisa tetap ramai," katanya.
Simak Video "Penyebab Aksi Protes Relokasi Pedagang Teras Malioboro 2 Berakhir Ricuh"
(fem/fem)