Kya-Kya merupakan pecinan populer di Surabaya. Berbagai kuliner serta pernak-pernik Tionghoa dijual di sana. Sayangnya, kini Kya-Kya mulai kehilangan pamornya.
Kya-Kya dijadikan pasar malam di tahun 2003 hingga 2008. Salah satu sosok yang berperan dalam pembangunan Kya Kya adalah Freddy H Istanto. Dia lantas bercerita mengenai sejarah lokasi yang terletak di Jalan Kembang Jepun itu.
Menurut Freddy, kawasan itu dibangun pada tahun 2003 atas inisiatif jurnalis senior dan tokoh Surabaya, Dahlan Iskan. Tujuannya untuk membangkitkan suasana khas Tionghoa di sana. Freddy pun menyebutkan kilas balik saat Kya Kya masih eksis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Tujuan awalnya untuk membangun food court terbesar di Indonesia
Freddy menjelaskan bahwa pembangunan Kya Kya diinisiasi Dahlan Iskan, tepatnya tanggal 31 Mei 2003. Dengan tujuan awal untuk membangun pusat jajanan (food court) terbesar di Indonesia.
"Itu dibangun untuk mewujudkan impian pak Dahlan untuk membangun food court terbesar di Indonesia," kata Freddy.
2. Gapura Barat dan Timur Kya Kya didesain khusus
Freddy merupakan arsitek gapura Kya Kya yang terletak di sisi barat dan timur Kembang Jepun. Menurut dia, gerbang itu didesain khusus. Dia bahkan sampai melakukan studi banding untuk mempelajari ornamen Tionghoa di sebuah pertapaan di Singapura dan Cina..
"Saya diutus pak Dahlan Iskan ke sebuah pertapaan di Singapura dan Cina untuk studi banding, mempelajari ornamen-ornamen khas Tionghoa di sana untuk dituangkan dalam arsitek gapura Kya Kya," papar Founder Sjarikat Poesaka Soerabaia itu.
![]() |
3. Ada Jajanan, Pernak-pernik, Hingga Lapak Ramalan
Sebagai kawasan pasar malam, Kya Kya selalu ramai pengunjung saat itu. Jalan sepanjang 730 meter dan lebar 20 meter itu bisa menampung 200 pedagang, 2.000 kursi, 500 meja. Tidak hanya jajanan, tapi juga ada pedagang yang menjual pernak-pernik khas Tionghoa, hingga lapak ramalan jodoh, karir, dan kesehatan.
"Di sana selalu ramai, ada pedangan makanan halal dan non halal, pernak-pernik khas Cina, bahkan peramal-peramal Tionghoa. Lapak peramal bahkan selalu laris, karena banyak yang penasaran," tutur Freddy.
4. Menarik Artis hingga Media luar negeri
Kawasan pecinan Kya Kya selalu ramai, tak heran banyak orang penasaran untuk berkunjung ke sana. Bahkan, artis hingga media luar negeri menyempatkan datang dan meliput karena dianggap menarik.
"Jarang sepi, selalu ramai pada saat itu. Banyak artis-artis yang datang ke sana pada saat itu, media juga. Ada media dalam dan luar negeri juga," tandas Dosen Arsitektur-Interior Universitas Ciputra itu.
5. Hanya Eksis Selama 5 Tahun
Kawasan pecinan di Surabaya Kya Kya dikatakan Freddy hanya eksis sampai 5 tahun. Bahkan, selama 2 tahun terakhir, pengembang sudah putus asa untuk melanjutkan keeksisan Kya Kya.
"Kontraknya memang 5 tahun, tapi yang paling ramai ya 3 tahun pertama, 2 tahun terakhir kami sudah terseok-seok," papar Freddy.
Meski Kya-Kya tak eksis lagi, Freddy berharap suatu saat ada kawasan pasar malam seperti itu lagi di Surabaya. Tidak harus khas Tionghoa, bahkan kawasan Arab di Ampel juga bisa dihidupkan untuk pasar malam.
Baca juga: Besok Imlek, Kampung China Cibubur Sepi |
(pin/pin)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol