Kata Amoy jadi berkonotasi negatif di medsos. Padahal, Amoy adalah sapaan biasa untuk wanita muda Tionghoa yang belum menikah. Bagaimana itu bisa terjadi?
Jika kita mengetikkan tagar kata Amoy atau Amoy Singkawang di kolom pencarian media sosial, muncullah akun-akun yang menawarkan jasa prostitusi. Padahal di dunia nyata, Amoy adalah sapaan biasa bagi gadis muda Tionghoa, sama sekali tidak ada konotasi negatifnya.
"Amoy tidak punya konotasi kata yang negatif. Kami di sini memangggil wanita-wanita Chinese yang masih muda dengan panggilan Amoy. Pada dasarnya Amoy ya wanita baik-baik, panggilan wanita China yang belum menikah," ucap Ari Novian, salah satu warga Singkawang yang diwawancara detikTravel.
Ari menduga ada oknum-oknum yang sengaja menciptakan stigma negatif terhadap Amoy Singkawang, padahal mereka sebenarnya bukan Amoy.
"Kalau di luar ada 'pikiran-pikiran', mungkin ada beberapa oknum yang menjual dirinya melalui online. Tetapi tidak semuanya itu Amoy, ada anak-anak dari suku lain yang mengaku Amoy," dia menuduhkan.
Dugaan yang sama juga dilontarkan oleh Nico Kant, budayawan Tionghoa asli Singkawang. Ada oknum-oknum tertentu yang menjadikan Amoy Singkawang sebagai sebuah komoditi.
"Mungkin di dunia maya dipelintir, Amoy itu jadi komoditi khusus. Kalau namanya sebutan Amoy, itu panggilan untuk anak cewek etnis Tionghoa," Nico menjelaskan.
Baca juga: Amoy-amoy Singkawang adalah Pahlawan |
Menurut Norman Bong, budayawan senior Singkawang, stigma negatif terhadap Amoy Singkawang tersebut bisa diatasi dengan menggunakan 'Ilmu Dewa' alias dibiarkan saja.
"Kalau saya pribadi, ndak usah kita ribet. Kalau bahasa teman saya, pakai 'Ilmu Dewa', diamin saja. Lama-lama akan sirna. Lama-lama konotasi negatif Amoy ini kan akan makin menurun dia. Sementara kalau kita menangkis, dengan argumentasi kita, itu kan berlarut-larut," kata Norman.
Simak Video "Mengatasi Kesulitan dan Mendaftar Angpao di Pasar Tionghoa, Singkawang"
(wsw/fem)