TRAVEL NEWS
Perang Rusia-Ukraina Bisa Ganggu Wisata Bali

Perang Rusia - Ukraina berdampak buruk bagi pariwisata Indonesia, khususnya Bali. Turis Rusia yang biasanya rajin datang ke Bali, kini pergerakannya terbatas.
Sudah jatuh tertimpa tangga. Agaknya peribahasa ini dapat menggambarkan kondisi industri pariwisata yang masih bergelut dengan pandemi COVID-19 dan kini ditambah perang Rusia - Ukraina.
Dilansir dari Al Jazeera, Senin (7/3/2022) para pelaku industri pariwisata khawatir perang di Ukraina dapat menggagalkan pemulihan ekonomi di Asia Tenggara, termasuk di Indonesia.
Sebagaimana diketahui, perang di Ukraina, sanksi terhadap Rusia dan pembatasan wilayah udara telah mengurangi proyeksi kedatangan turis. Dalam konteks Indonesia, salah satu kelompok turis yang jumlahnya paling banyak berasal dari Rusia.
Jika melihat data dari Badan Pusat Statistik (BPS) mulai tahun 2020 hingga Januari 2022, turis Rusia ini cukup mendominasi. Pada tahun 2020, dari total sekitar 4 juta wisatawan mancanegara, sebanyak 67.491 berasal dari Rusia.
Kemudian pada tahun 2021 sebanyak 2.324 orang dan Januari 2022 sebanyak 1.147. Lalu pada Februari 2022 ketika penerbangan internasional ke Bali dibuka kembali, turis Rusia juga ramai datang ke sana.
Dari sekitar 1.600 orang, turis Rusia termasuk yang paling banyak datang ke sana. Hal itu disampaikan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan.
"Sejak pembukaan Bali bagi wisman, sudah lebih dari 1.600 wisman yang datang ke Bali sampai hari kemarin (Sabtu, 26 Februari)," kata Luhut dalam keterangan pers, Rabu (2/3/2022).
"Rusia, Australia, Prancis, Amerika serta Belanda mendominasi wisatawan yang datang ke Bali," ujarnya.
Kehadiran turis Rusia memberikan dampak positif bagi ekonomi Pulau Dewata. Pengeluaran mereka untuk makan, akomodasi, transportasi dan wisata telah memberikan stimulus ekonomi sebesar 60 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) sebelum pandemi COVID-19.
Sayangnya, gara-gara terjadi perang, impian Bali untuk mendulang keuntungan tak bakal berjalan mulus. Ini terlihat dari keputusan Singapore Airlines yang menangguhkan layanan penerbangan antara Changi dan Moskow. Singapore Airlines sendiri merupakan salah satu maskapai yang membuka penerbangan ke Bali.
"Semuanya benar-benar berantakan. Harga meroket, orang akan mulai kehilangan pekerjaan dan kapasitas untuk menarik uang menjadi sempit," kata Jaleel Mubarak, ahli IT yang tinggal di Bali.
"Secara teknis meninggalkan Rusia akan menjadi sangat menantang dan saya pikir Indonesia juga akan sejalan dengan dunia Barat terkait sanksi," ujarnya usai membaca pernyataan Presiden Joko Widodo bahwa invasi Rusia ke Ukraina tidak dapat diterima.
Simak Video 'Kota Irpin Membara, Pertempuran Sengit di Pinggir Kota Kiev':