Menjajal kereta api dengan menenteng sepeda lipat alias seli kali ini sampai ke Stasiun Cibatu di Garut. Menyambut Subuh dengan keki.
Bukan saja karena alasan kesehatan, jauh sebelum adzan subuh berkumandang adalah waktu yang baik untuk mandi. Bisa lebih leluasa, tak perlu tergesa-gesa.
Tak ada antrian lantaran belum ada jamaah yang hendak bebersih sebelum mengambil air wudhu untuk menunaikan shalat. Ya, karena saya tengah menumpang mandi di Masjid Al Fattah yang berdesain futuristik di halaman Stasiun Cibatu, Garut, Rabu (9/3/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebetulnya bukan kamar mandi, namun ruangan toilet jongkok yang lumayan luas dan menyediakan ember serta gayung. Sungguh sangat menggoda untuk segera mengguyur tubuh.
Dan, mohon maaf itupun sebenarnya toilet untuk akhwat alias perempuan. Lha, bagaimana lagi? Toilet ikhwan atawa pria masjid megah yang belum genap setahun diresmikan Dirut PT KAI itu masih dipagari bambu: mohon maaf sedang renovasi.
Beberapa kali memanfaatkan KA Lokal Walahar dan Cibatuan dari Jakarta ke Bandung atau sebaliknya, saya penasaran belum pernah ikut sampai stasiun akhir Cibatu.
![]() |
Malam itu juga saya turun di Stasiun Besar Bandung, sekira pukul delapan. Usai mencari kehangatan semangkuk Ronde Alkateri dan Soto Simon Cibadak, saya kembali ke stasiun, mengejar KA Lokal terakhir yang datang dari Padalarang menuju Cibatu, 22.15.
"Pak, sudah sampai stasiun akhir," ujar petugas cleaning service membangunkanku.
Melewatkan malam di Cibatu, sama sekali bukanlah pilihan salah. Masjid Al Fattah meski ruang tengahnya terkunci, terasnya masih sangat nyaman untuk beribadah dan sekedar merebahkan diri hingga menjelang shubuh.
Mumpung masih renovasi, kalau boleh usul digandakan jumlah toilet prianya. Seiring kembali aktifnya jalur menuju Garut, tentu lalu lalang gerbong kereta yang singgah pun bakal bertambah.
Jumlah penumpang yang berhasrat membuang hajat pun pasti akan meningkat. Masjid di ruang publik selain memenuhi fungsi reliji juga harus banyak menggendong misi sosial. Mohon maaf, bukan kata-kata saya sendiri tapi hanya berusaha mengingat kajian via Youtube dari Gus Baha.
Suara adzan subuh masih menggema di udara tatkala kereta api lokal pertama bergerak meninggalkan Cibatu.
(fem/fem)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol