Curhatan wisatawan Tamansari Keraton Jogja yang harus membayar Rp 250 ribu viral di media sosial. Hal ini karena wisatawan menggunakan kamera profesional.
Kabar ini pun viral di media sosial. Putri bungsu Sri Sultan HBX, GKR Bendara meminta maaf dan menjelaskan aturan berfoto di destinasi ini.
Berikut 9 fakta dari insiden viralnya curhat wisatawan dan sejarah seputar Tamansari :
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Curhatan Diunggah di Grup Facebook
Sebuah akun facebook bernama @des**** mengunggah curhaan temannya yang keberatan diminta membayar sebesar Rp 250 ribu. Hal ini dikarenakan dia membawa kamera profesional ke Tamansari Keraton Jogja.
Pemilik akun tersebut menanyakan apa ada anggota di grup yang juga memiliki pengalaman yang sama. Dia pun berharap ada penjelasan dari pihak pengelola Tamansari.
Unggahan tersebut menuai respon beragam dari warganet. Ada yang menganggap bahwa tarif tersebut wajar, tapi ada juga yang mengatakan mahal.
2. Tanggapan Kepala Unit Pariwisata Tamansari
Kepala Unit Pariwisata Taman Sari, RM Bambang Prastari menanggapi unggahan viral tersebut. Dia mengatakan, sebaiknya wisatawan mengajukan izin terlebih dahulu.
Dia berpesan, wisatawan Tamansari jujur ketika membawa kamera profesional untuk sesi foto saat berada di loket. Hal ini untuk menghindari kesalahpahaman ketika pengunjung sudah masuk kawsan wisata Tamansari.
"Tanpa izin dari keraton, kita tidak akan menerima apapun itu kecuali foto prewedding yang bisa on site sama foto-foto yang tidak menyebabkan copyright. Karena Tamansari merupakan salah satu karya intelektual, maka copyright kita utamakan," katanya.
3. GKR Bendara Minta Maaf
Penghageng Kawedanan Hageng Punakawan Nityabudaya Keraton Jogja yang juga putri bungsu Sri Sultan HB X, GKR Bendara menyampaikan permintaan maaf.
"Pertama saya mohon maaf kalau ada pihak pengunjung kurang nyaman. Tapi ada hal-hal yang perlu diklarifikasi, dari awal sudah ada, tertera di situ, bahwa menggunakan kamera profesional untuk foto sesi apa pun ada biaya tertentu," kata GKR Bendara saat jumpa pers virtual, Senin (14/3/2022) malam.
4. Penjelasan GKR Bendara
GKR Benara menjelaskan aturan foto sesi. Sebelum membayar, wisatawan akan ditanya mengenai penggunaan kamera. Jika menggunakan kamera profesional atau sejenis DSL, maka akan ada biaya tambahan.
Informasi mengenai tarif pun sudah terpampang di pintu masuk. Ada pula yang terpasang di sampung kaca loket pembelian tiket. Tertulis pula tarif tiket domestik dan tiket internasional.
Jadi memang sudah ada aturannya dari dulu," jelasnya.
5. Kebijakan Semacam Ini Tak Hanya di Tamansari
GKR Bendara menambahkan, objek wisata selain di Keraton Yogyakarta pada umumnya juga mengenakan tarif tambahan untuk foto konsep atau sesi foto. Di antaranya di kawasan Candi Prambanan dan Candi Borobudur.
"Jadi lokasi-lokasi wisata lain juga banyak yang menggunakan ketentuan sama. Jadi, (penggunaan) kamera profesional ada biaya tertentu," kata GKR Bendara.
6. Ada Fotografer Tak Jujur
Menurut GKR Bendara, dalam beberapa kasus, ada fotografer yang bertindak tidak jujur dengan mengaku sebagai anggota keluarga wisatawan. Sehingga fotografer itu tidak membayar biaya tambahan foto sesi. Ada juga wisatawan yang memasukkan fotografer sebagai rombongan keluarga.
Sehingga berlangsung sesi foto di Tamansari Keraton Jogja, baik untuk foto produk, prewedding, dan foto komersial lainnya. "Diaku sama wisatawan sebagai keluarga. Padahal di-hire secara profesional untuk memotret keluarga tersebut. Jujur atau tidaknya itu sulit diukur. Tapi kejadian ini banyak," curhatnya.
7. Fakta Seputar Tamansari
Mengutip situs kratonjogja.id, Selasa (15/3/2022), Tamansari artinya taman yang indah. Ide pembangunan taman ini berdasarkan gagasan Sri Sultan Hamengku Buwono I.
Sedangkan gambaran teknis Tamansari dikerjakan arsitek Demang Tegis, seorang berkebangsaan Portugis yang diduga datang dari Gowa, Sulawesi. Tamansari dibangun pada 1758 M. Pimpinan proyek pembangunannya dipegang oleh Tumenggung Mangundipuro yang kemudian digantikan Pangeran Notokusumo.
Pada zaman kolonial, Tamansari punya julukan Water Kasteel dan The Fragrant Garden karena kolam-kolam, pepohonan, serta dan bunga-bunga harum di kebunnya. Tamansari luasnya lebih dari 10 hektare. Ada 57 bangunan di dalamnya, seperti gedung, kolam pemandian, jembatan gantung, kanal air, danau dan pulau buatan, masjid, dan lorong bawah tanah.
8. Fungsi Pertahanan dan Religi
Tamansari dibangun di atas mata air atau Umbul Pacethokan. Di kompleks Tamansari terdapat dua buah danau buatan (segaran) di sisi timur dan barat dengan pulau buatan di tengahnya, yaitu Pulo Gedhong dan Pulo Kenanga. Kedua segaran itu dihubungkan sebuah kanal yang memotong lorong penghubung Plataran Magangan dan Kamandhungan Kidul.
Tak hanya tempat rekreasi, Tamansari dulu juga berfungsi sebagai tempat pertahanan. Hal itu tampak pada tembok tebal dan tinggi yang mengelilinginya, gerbang yang dilengkapi tempat penjagaan, dan bastion atau tulak bala sebagai tempat menaruh persenjataan.
Di Tamansari juga terdapat beberapa urung-urung atau jalan bawah tanah yang menghubungkan satu tempat ke tempat lain. Bangunan Pulo Kenanga yang tinggi diduga untuk tempat peninjauan jika ada musuh datang.
Fungsi religi Tamansari terlihat dari adanya bangunan Sumur Gumuling dan Pulo Panembung. Sumur Gumuling yang berbentuk melingkar difungsikan sebagai masjid. Sedangkan Pulo Panembung digunakan Sultan untuk bermeditasi. Kedua bangunan ini berada di tengah kolam Segaran, menyembul di tengah bentangan air.
9. Dua Kali Dihantam Gempa Besar
Bangunan awal Pesanggrahan Tamansari mulanya menghadap ke barat. Sehingga lorong depan terletak di selatan Plengkung Jagabaya (Tamansari). Kemudian segarannya memiliki lorong depan lurus ke utara sampai di Plengkung Jagasura (Ngasem).
Sebagai tempat wisata, kini pintu masuk ke kompleks ini berubah ke timur, menggunakan pintu yang dulu merupakan pintu belakang. Tamansari pernah rusak parah karena gempa pada 1867. Sejak itu, banyak penduduk membangun hunian di antara bekas kebun dan puing Tamansari.
Tamansari akhirnya direnovasi sejak 1977. Beberapa bangunan yang dulu tertimbun dibongkar. Namun hanya sedikit sekali bagian dari bangunan Tamansari yang bisa diselamatkan. Setelah itu, gempa berkekuatan 5,9 SR terjadi di Yogyakarta pada 2006. Renovasi dan revitalisasi dilakukan lagi. Beberapa bangunan diperbaiki, diperkuat, dan dilapis ulang.
Simak Video "Video: Evakuasi WNA Brasil di Jurang Rinjani Terkendala Cuaca"
[Gambas:Video 20detik]
(elk/elk)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!