Lewat aturan terbaru, Presiden Rusia Vladimir Putin tak kurang menyita 637 pesawat milik Airbus dan Boeing sebagai imbas sanksi Barat. Ada efeknya untuk Rusia.
Presiden Rusia Vladimir Putin pada Senin, (14/3/2022) memberlakukan aturan baru untuk melawan sanksi yang dijatuhkan negara Barat. Kali ini, ia menekan peraturan yang mengizinkan maskapai Rusia mengambil alih armada pesawatnya yang disewa dari perusahaan Barat.
Mengutip CNN International, cara kerja penyitaan ini adalah dengan mengizinkan maskapai Rusia mendaftarkan pesawat-pesawat sewaannya itu kepada otoritas lokal. Hal ini akan menyulitkan klaim para perusahaan pemilik karena harus mendapatkan izin dari pejabat berwenang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini merupakan bagian dari tindakan anti-sanksi pemerintah yang akan memungkinkan maskapai penerbangan Rusia mendaftarkan pesawat yang disewa dari perusahaan asing di Rusia, di mana mereka akan diberikan sertifikat kelaikan udara lokal," menurut pernyataan dari Kremlin.
Maskapai Rusia sendiri banyak menggunakan pesawat-pesawat milik negara Barat. Rata-rata pesawat yang disewakan adalah pesawat buatan perusahaan Amerika Serikat (AS), yakni Boeing dan juga buatan Eropa, Airbus.
Produsen pesawat barat, seperti Airbus dan Boeing telah memutuskan akses maskapai Rusia ke suku cadang yang mereka butuhkan untuk merawat dan menerbangkan jet dengan aman.
Hal ini membuat keamanan terbang 305 armada Airbus dan 332 pesawat Boeing di Rusia dalam pertanyaan besar. Ini merupakan 85% jumlah pesawat udara komersial yang digunakan negara itu.
Meski begitu, direktur pelaksana perusahaan konsultasi dirgantara AeroDynamic Advisory, Richard Aboulafia, berpandangan aturan penyitaan ini justru tidak berarti apa-apa bagi negara Barat. Ia mengatakan justru itu berbahaya bagi keamanan penerbangan sipil Rusia karena menerbangkan pesawat tanpa onderdil yang tepat.
"Ini masalah nyata jika mereka kehilangan sertifikat kelaikan udara mereka, yang dapat terjadi jika catatan yang tepat tidak disimpan, atau terutama jika mereka dikanibal untuk suku cadang," jelasnya.
Selain itu, pandangan yang sama juga diutarakan analis kredit yang mencakup perusahaan penyewaan pesawat di Standard & Poor's, Betsy Snyder. Ia menyebutkan saat ini banyak warga Rusia yang mengurungkan niatnya untuk melakukan perjalanan udara karena krisis ekonomi pasca sanksi.
"Tidak ada yang akan masuk dan keluar dari Rusia, warga Rusia kehilangan uang mereka sehingga mereka tidak punya uang untuk bepergian ke depan. Bisa jadi (maskapai penerbangan) akan menjadi bisnis yang jauh lebih kecil," ujarnya.
Rusia juga memiliki 83 jet regional yang diproduksi oleh perusahaan barat, seperti Bombardier, Embraer, dan ATR. Sejauh ini, hanya ada 144 pesawat yang diproduksi sendiri oleh perusahaan Rusia.
(rdy/rdy)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol