Sejarah Reog Ponorogo Masuk ke Malaysia Hingga Diklaim Negara Itu

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Sejarah Reog Ponorogo Masuk ke Malaysia Hingga Diklaim Negara Itu

Charolin Pebrianti - detikTravel
Jumat, 15 Apr 2022 12:40 WIB
Perkumpulan Reog Ponorogo Surabaya (Purbaya) menggelar aksi simpatik. Mereka mendorong Reog Ponorogo segera didaftarkan ke UNESCO sebagai warisan budaya tak benda asli Indonesia.
Foto: Reog Ponorogo (Deny Prastyo Utomo/detikcom)
Ponorogo -

Sempat muncul wacana Reog Ponorogo akan didaftarkan ke UNESCO oleh Malaysia. Bagaimana sejarah Reog Ponorogo masuk ke Malaysia dan diakui asli negara itu?

Reog Ponorogo jadi salah satu seni tradisional legendaris dari Jawa Timur. Seniman Reog bahkan sudah tersebar di berbagai daerah, baik di dalam maupun di luar negeri.

Tak heran jika ada negara lain yang mengeklaim kesenian ini. Seperti Malaysia yang berencana mendaftarkan reog ke UNESCO beberapa waktu lalu. Meski sudah dibantah, namun tetap menarik untuk menelisik sejarah Reog masuk ke Malaysia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pengamat budaya asal Ponorogo, Arik Dwijayanto menjelaskan, dulu warga Ponorogo bermigrasi ke Malaysia di tahun 1901.

"Tahun 1901 silam, warga Ponorogo bermigrasi ke Batu Pahat, Johor, Malaysia. Total ada 15 ribu jiwa yang pindah ke negeri Jiran. Perpindahan mereka pun sambil membawa kesenian Reog Ponorogo," ujar Arik.

ADVERTISEMENT

Arik yang juga menulis tesis berjudul 'Sejarah Penghijrahan Kesenian Reog Ponorogo di Batu Pahat Johor', menyebut waktu itu Reog dikenalkan oleh Saikun Kenthus. Namun, data mengenai sosok ini sangat minim.

Arik melanjutkan, sebuah disertasi terbitan Universitas Malaya pada 1825 mencatat bahwa gelombang pertama perpindahan orang Ponorogo ke Malayasia berjumlah 25 jiwa. Mereka menyeberang lewat Singapura. Lalu, jumlah perpindahan ini semakin membesar hingga menjelang abad 19.

"Tepatnya tahun 1890 dengan jumlah sekitar 15 ribu jiwa, termasuk warga Ponorogo yang menetap di kawasan Batu Pahat, Johor," imbuh Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Islam (FDKI) Institut Agama Islam Sunan Giri Ponorogo itu.

Menurut dia, masih ada sejumlah grup atau komunitas reog yang masih aktif di sebagian wilayah Batu Pahat. Bahkan, ada 3 grup reog dari sana yang pernah mengisi acara pada tahun 2012 lalu.

"Salah satunya Barongan Setiabudi," imbuh Arik.

Menurut dia, pentas seni Reog di Malaysia memiliki sedikit perbedaan dengan pentas Reog Ponorogo. Seperti berat dadak merak di Malaysia hanya berkisar 15-20 kilogram, sedangkan di Ponorogo mencapai 60 kilogram.

"Selain itu, Reog di Malaysia itu hanya ada jathilan, pembarong, dan dadak merak. Kalau di Ponorogo kan komplit, ada jathil, warok, pembarong, dan seterusnya," tukas Arik.


----

Artikel ini sudah naik di detikJatim dan bisa dibaca selengkapnya di sini.




(wsw/wsw)

Hide Ads