Sejarah Mudik di Indonesia, Boleh Mudik Setelah 2 Tahun Pandemi
Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Sejarah Mudik di Indonesia, Boleh Mudik Setelah 2 Tahun Pandemi

Tim detikcom - detikTravel
Senin, 18 Apr 2022 17:13 WIB
Geliat arus mudik mulai terlihat di pelabuhan yang ada di Jambi dan Batam. Sejumlah warga memilih mudik lebih awal untuk hindari lonjakan penumpang
Arus mudik mulai terlihat di pelabuhan yang ada di Jambi dan Batam. Sejumlah warga memilih mudik lebih awal untuk hindari lonjakan penumpang (Foto: Antara Foto)
Jakarta -

Setelah 2 tahun pandemi, pemerintah memperbolehkan mudik bagi masyarakat yang ingin merayakan Lebaran di kampung halaman. Pemerintah akan melakukan pengaturan-pengaturan perjalanan mudik agar perjalanan mudik bisa lancar.

Presiden Joko Widodo menegaskan bahwa pemerintah berkomitmen mengutamakan keselamatan masyarakat selama perjalanan mudik Hari Raya Idulfitri 1443 Hijriyah. Kepala Negara tidak ingin terjadi lonjakan kasus Covid-19 usai Hari Raya.

"Yang terpenting, pemerintah selalu meletakkan keselamatan masyarakat sebagai prioritas utama, baik keselamatan selama perjalanan mudik maupun keselamatan kesehatan kita. Sekali lagi jangan sampai ada lonjakan kasus yang tak terkendali setelah kita merayakan Hari Raya," ujar Presiden Jokowi dalam keterangannya di Istana Merdeka Jakarta, pada Kamis, 14 April 2022, lalu.

Mudik kali ini diperkirakan ada 23 juta mobil pribadi dan 17 juta sepeda motor yang akan melakukan perjalanan mudik di Pulau Jawa. Untuk itu, pemerintah akan melakukan pengaturan-pengaturan perjalanan mudik secara terperinci agar perjalanan mudik dapat berlangsung dengan lancar dan penuh kegembiraan. Mulai dari kebijakan one way di jalan tol sampai ganjil genap.

Sejarah mudik di Indonesia

Aktivitas pulang kampung ini sendiri dapat ditelusuri hingga era Batavia, pemerintahan kolonial Hinda-Belanda. Sejarawan lulusan Universitas Indonesia (UI) JJ Rizal mengidentifikasi tradisi mudik dengan aktivitas di Batavia, di mana saat itu sudah membutuhkan banyak tenaga kerja sejak dua abad silam.

"Terutama kata mudik ini identik dengan Batavia, ibu kota kolonial yang kemudian diwarisi Jakarta sebagai ibu kota nasional serta menjadi pusat urbanisasi," kata Rizal kepada detikcom beberapa waktu lalu.

Lebih lanjut, kata udik berarti kembali ke titik awal mula aliran sungai, alias di hulu, letaknya di desa yang jauh dari hilir di Batavia. Istilah mudik kemudian berkembang menjadi bermakna pulang kampung bagi kaum buruh/pekerja. Sebab, kaum buruh di Batavia memang banyak yang bukan penduduk asli melainkan dari luar daerah.

"Mudik adalah tradisi kota, timbul bersama munculnya kota-kota di Indonesia. Berita yang ada kebanyakan ketika muncul kota-kota masa kolonial di Indonesia dan gejala urbanisasi pada abad 19 (1801-1900). Ada jarak kota dengan desa yang sering disebut udik. Jadilah kembali ke desa disebut mudik," terang Rizal.

Memang, aktivitas mudik dari Jakarta ke desa-desa di luar Jakarta sudah ada sejak era kolonial. Namun, gencarnya aktivitas mudik sebenarnya baru dimulai di era Orde Baru. Saat periode Gubernur Jakarta Ali Sadikin (1966-1977), mudik berkembang menjadi tradisi besar.

"Karena menyangkut perpindahan orang dari desa ke kota yang semakin besar dan berimplikasi luas bagi banyak hal, mulai dari transportasi sampai kriminalitas. Ini terutama setelah masa Ali Sadikin, ketika posisi warga asli, yakni Betawi, bukan lagi nomer satu, digantikan urban Jawa, Sunda, dan lain lain," kata Rizal.

Semakin gencar dan sukses proyek pembangunan di Jakarta, semakin banyak buruh-buruh dari pelosok desa datang ke Jakarta. Banyaknya jumlah pendatang ke Jakarta berbanding lurus dengan kehebohan mudik tiap Lebaran.

Peneliti senior The Wahid Institute, Rumadi Ahmad, dalam tulisannya di kolom detikcom menjelaskan, dalam Idul Fitri juga ada tradisi halalbihalal, yang merupakan tradisi khas Islam Nusantara.

Meski menggunakan struktur bahasa Arab, kata ini tidak dikenal di dunia Arab. Kata 'halalbihalal' merupakan kreativitas muslim Nusantara. Meski tradisi saling memaafkan merupakan ajaran Islam, pengemasan dalam aktivitas yang disebut halalbihalal merupakan karya khas muslim Nusantara.




(ddn/ddn)